Ketika kita membahas penyakit jantung, mungkin pikiran langsung melayang ke kolesterol tinggi, kebiasaan merokok, atau tekanan darah yang tak terkontrol. Namun, tahukah Anda bahwa ada satu elemen “samar” yang sering terabaikan, padahal diam-diam bekerja merusak sistem kardiovaskular kita? Yup, itulah peradangan kronis—musuh dalam selimut yang bisa mengacaukan jantung dan pembuluh darah secara perlahan tapi pasti. Bayangkan seperti api kecil di pojokan, dibiarkan menyala, lama-lama bisa membakar seluruh rumah!
Apa Itu Peradangan Kronis? Peradangan kronis adalah respon imun yang berlangsung terus-menerus dalam tubuh. Di satu sisi, sistem imun memang dirancang untuk melawan infeksi dan memperbaiki kerusakan jaringan. Namun, jika peradangan ini tidak berhenti—misalnya karena gaya hidup tidak sehat, obesitas, atau stres berkepanjangan—maka sistem imun akan terus “menembakkan peluru” ke jaringan sehat, termasuk dinding pembuluh darah. Dalam kondisi normal, peradangan sesaat (akut) berguna untuk proses penyembuhan—seperti saat kita terantuk meja dan lutut memar, tubuh akan mengirim “tim penyelamat” untuk memperbaiki kerusakan. Tapi lain cerita jika peradangan ini berubah menjadi kronis: efeknya tidak lagi membantu, melainkan merusak sel-sel di tubuh, termasuk sel endotel di pembuluh darah kita. Mengapa Peradangan Kronis Mengancam Jantung? 1. Memicu Pembentukan Plak Aterosklerosis Salah satu “pemain utama” dalam penyakit jantung koroner adalah plak aterosklerosis, yang terbentuk di dinding arteri. Prosesnya mirip adukan semen yang menempel di tembok, semakin lama semakin menebal. Peradangan kronis mempercepat pembentukan plak ini. Zat-zat kimia proinflamasi (seperti sitokin) akan memperburuk kerusakan endotel, membuat kolesterol jahat (LDL) lebih mudah menempel, dan meningkatkan migrasi sel otot polos ke area yang rusak. Akhirnya, pembuluh darah kian menyempit. 2. Destabilisasi Plak Tidak hanya membuat plak tumbuh lebih cepat, peradangan kronis juga bisa membuat plak lebih “gampang pecah.” Ketika plak pecah, terbentuklah gumpalan darah (trombus) yang bisa menyumbat arteri koronaria dan menyebabkan serangan jantung. Ibarat balon yang terus ditiup hingga meletus—hasilnya bencana bagi jantung. 3. Gangguan Fungsi Pembuluh Darah Pembuluh darah sehat mampu melebar dan menyempit sesuai kebutuhan tubuh. Namun, jika peradangan telah merusak dinding pembuluh darah, kemampuannya untuk relaksasi menurun—muncullah kekakuan yang membuat tekanan darah cenderung naik. Peningkatan tekanan darah dalam jangka panjang membebani jantung, berkontribusi pada risiko gagal jantung. 4. Merusak Keseimbangan Metabolik Peradangan kronis berhubungan erat dengan resistensi insulin, obesitas, dan diabetes tipe 2. Kita tahu ketiga masalah tersebut adalah “gerbang utama” menuju gangguan jantung. Jadi, bisa dibilang, peradangan kronis ini adalah satu “benang merah” yang mengaitkan berbagai faktor risiko kardiometabolik. Tanda-Tanda Peradangan Kronis Memang tidak semudah memeriksa kadar kolesterol atau tekanan darah. Peradangan kronis sering tidak menimbulkan gejala spesifik. Namun, beberapa tanda berikut dapat menjadi “lampu kuning”: 1. Nyeri sendi berkepanjangan tanpa sebab jelas. 2. Kelelahan terus-menerus. 3. Gangguan pencernaan berulang. 4. Berat badan tidak stabil. 5. Sering sakit kepala atau migrain. Tentu, tanda-tanda ini tidak otomatis berarti Anda pasti mengalami peradangan kronis. Meski begitu, tetap penting memeriksakan diri jika keluhan berulang dan tak kunjung hilang. Siapa yang Berisiko? 1. Perokok Zat kimia dalam rokok bukan hanya merusak paru-paru, tapi juga memicu reaksi peradangan pada dinding pembuluh darah. Ibarat “asap beracun” yang menyerang dari berbagai arah, kebiasaan merokok memperbesar risiko munculnya plak aterosklerosis di arteri. 2. Penderita Obesitas Jaringan lemak, terutama lemak visceral, aktif memproduksi sitokin proinflamasi (seperti TNF-α dan Interleukin-6) yang memperburuk peradangan sistemik. Tak heran jika obesitas kerap dikaitkan dengan peningkatan risiko penyakit jantung, diabetes, dan hipertensi. 3. Pengidap Diabetes Kadar gula darah tinggi pada penderita diabetes dapat merusak sel endotel (lapisan dalam pembuluh darah), memicu peningkatan mediator inflamasi. Semakin sulit kadar gula darah dikontrol, semakin tinggi pula peradangan yang terjadi. 4. Orang dengan Stres Kronis Hormon stres (kortisol) yang terproduksi terus-menerus dapat memengaruhi keseimbangan sistem imun, sehingga memicu peradangan yang berlangsung lama. Stres kronis juga sering mengarah pada kebiasaan tak sehat, seperti pola makan berlebihan atau merokok. 5. Penderita Penyakit Autoimun Penyakit autoimun seperti Lupus, Rheumatoid Arthritis (RA), dan Inflammatory Bowel Disease (IBD) adalah contoh situasi di mana sistem kekebalan tubuh justru menyerang sel-sel sehat. Proses ini menyebabkan peradangan kronis, yang pada gilirannya dapat memicu atau memperburuk kerusakan pembuluh darah. Beberapa studi menunjukkan bahwa penderita lupus atau RA memiliki risiko lebih tinggi terkena penyakit jantung koroner karena peradangan yang terus-menerus. 6. Infeksi Kronis Infeksi yang tidak teratasi dengan baik dapat berkembang menjadi peradangan jangka panjang. Misalnya, infeksi periodontal (radang gusi menahun) dapat melepaskan bakteri dan toksinnya ke dalam sirkulasi darah, menyebabkan peradangan sistemik. Kemudian, infeksi Helicobacter pylori (H. pylori) di lambung, jika berlangsung kronis, juga bisa meningkatkan produksi mediator inflamasi. Di Indonesia, tuberkulosis (TBC) kronis pun masih menjadi tantangan besar; proses infeksi yang lama dapat menimbulkan peradangan berkepanjangan dan membebani tubuh secara keseluruhan, termasuk sistem kardiovaskular. Mengendalikan Peradangan untuk Mencegah Penyakit Jantung 1. Pola Makan Antiinflamasi Makanan kaya antioksidan dan asam lemak sehat (seperti ikan berlemak, buah-buahan, sayuran berwarna-warni, serta kacang-kacangan) membantu meredakan peradangan. Batasi gula, garam, dan lemak trans yang menjadi “bahan bakar” bagi api peradangan. 2. Olahraga Teratur Aktivitas fisik moderat—contohnya jalan kaki 30 menit sehari, berenang, atau bersepeda—dapat menurunkan kadar penanda inflamasi dalam darah (misalnya CRP/ C-reactive protein). Meski demikian, hindari olahraga berlebihan yang justru dapat memicu stres fisik tambahan. 3. Kontrol Stres Stres kronis memicu lonjakan hormon kortisol yang bisa memicu peradangan. Teknik relaksasi, meditasi, yoga, atau sekadar meluangkan waktu untuk hobi dapat menormalkan kembali respons tubuh terhadap stres. 4. Tidur Berkualitas Kurang tidur mengganggu kerja sistem imun. Berusaha tidur 7–8 jam per malam membantu tubuh melakukan “reparasi” dan meminimalkan pelepasan sitokin proinflamasi. 5. Berhenti Merokok Selain merusak paru-paru, kebiasaan merokok juga memicu peradangan dan merusak dinding pembuluh darah. Berhenti merokok adalah salah satu cara paling efektif untuk menurunkan risiko penyakit kardiovaskular. 6. Penanganan Khusus untuk Penyakit Autoimun dan Infeksi Kronis - Penyakit Autoimun: Konsultasikan ke dokter spesialis untuk terapi yang menekan aktivitas berlebih sistem imun (misalnya penggunaan obat antirematik pemodifikasi penyakit/DMARD, kortikosteroid, atau terapi biologis). Manajemen yang baik tak hanya meringankan gejala, tetapi juga menekan peradangan yang merugikan jantung. - Infeksi Kronis: Pastikan infeksi periodontal ditangani oleh dokter gigi secara tuntas, dan infeksi TBC maupun H. pylori mendapatkan terapi sesuai pedoman. Mengatasi sumber infeksi dapat menurunkan beban peradangan sistemik secara signifikan. 7. Konsultasi Medis dan Monitoring Rutin Beberapa obat (seperti statin, aspirin dosis rendah, atau suplemen omega-3) dapat membantu mengontrol peradangan dan melindungi pembuluh darah. Namun, segala terapi harus berdasarkan konsultasi dokter, terutama bila Anda memiliki komorbid seperti penyakit autoimun atau infeksi kronis. Mengapa Deteksi Dini itu Penting? Gejala peradangan kronis seringkali “minimal” atau tampak tidak spesifik, padahal risikonya besar terhadap penyakit jantung. Pemeriksaan penanda inflamasi (seperti hs-CRP) bisa membantu menilai tingkat risiko kardiovaskular Anda. Jika terdeteksi lebih awal, langkah-langkah pencegahan—mulai dari perbaikan gaya hidup hingga terapi medis—bisa dilakukan secepatnya sebelum peradangan merusak dinding arteri. Kesimpulan Peradangan kronis kerap menjadi “aktor figuran” yang jarang disadari, namun ternyata berperan besar dalam memperburuk kondisi kardiovaskular. Bukan hanya faktor-faktor “klasik” seperti rokok, obesitas, diabetes, dan stres yang menyulut api peradangan ini, tetapi juga penyakit autoimun (lupus, RA, IBD) serta infeksi kronis (periodontal, H. pylori, TBC). Kabar baiknya, peradangan kronis bisa dikelola. Penerapan gaya hidup sehat (diet antiinflamasi, olahraga moderat, tidur cukup, mengontrol stres, berhenti merokok) merupakan fondasi utama. Bagi penderita autoimun atau infeksi kronis, terapi tepat waktu dapat memadamkan sumber utama peradangan, sehingga mengurangi dampaknya pada jantung. Selalu ingat, upaya pencegahan jauh lebih sederhana dan murah dibanding mengobati komplikasi penyakit jantung yang sudah terlanjur parah. Berikan jantung Anda kesempatan terbaik untuk tetap sehat, dimulai dari mengatasi “api dalam sekam” bernama peradangan kronis. Jika anda perlu konsultasi terkait masalah kesehatan, silahkan hubungi 0812-2200-2500 untuk pendaftaran. Klinik Kiera menerima BPJS untuk konsultasi layanan spesialis. |
PenulisArtikel di website ini dituliskan tim marketing dan juga oleh para dokter di Klinik Kiera diwaktu luangnya, Semoga bermanfaat untuk masyarakat yang membutuhkan Archives
January 2025
|