BHD Pada Kondisi Khusus
Kasus Tenggelam
- Komplikasi yang paling utama terjadi pada orang yang tenggelam (tanpa ventilasi) adalah kondisi kekurangan oksigen atau hipoksia.
- Kerusakan yang terjadi dan harapan hidup tergantung dari lamanya keadaan hipoksia.
- Oksigenisasi, ventilasi dan perfusi harus diperbaiki secepat mungkin. Ini memerlukan tindakan segera.
- Jika tenggelam terjadi di air bersuhu <50°C, dapat terjadi penurunan suhu tubuh atau hipotermia. Hipotermia sekunder terjadi sebagai komplikasi dari penyelaman dan berkurangnya panas tubuh karena evakuasi pada saat resusitasi.
- Kondisi hipoksia sendiri dapat menyebabkan komplikasi pada paru dan memerlukan pertolongan BHD.
- Hati-hati, pada hampir semua korban tenggelam karena menyelam dapat terjadi trauma pada kepala atau syaraf tulang belakang.
Langkah-Langkah BHD Pada Kasus Tenggelam
- Jika memungkinkan gunakan perahu alat mengapung untuk menyelamatkan orang dari air. Segera berikan bantuan nafas secepatnya.
- Jika terjadi kecelakaan pada penyelaman atau trauma pada kepala posisikan leher pada posisi netral, cegah leher untuk bergerak dan pindahkan korban dari air dengan menggunakan papan jika memungkinkan.
- Jangan melakukan kompresi dada di dalam air.
- Jika memungkinkan mulai kompresi dada sesegera mungkin setelah memindahkan korban dari air, jangan coba mengeluarkan air dari dalam paru, keluarkan semua bahan – bahan organik dari dalam air
- Rujuk semua korban tenggelam ke rumah sakit untuk mendapatkan pertolongan segera
Kasus Henti Jantung pada Ibu Hamil
Bagi ibu hamil – yang sudah banyak khawatir tentang hal-hal seperti keguguran, preeklampsia, atau diabetes gestasional – henti jantung maternal mungkin adalah hal yang paling tidak mereka antisipasi. Meskipun banyak wanita hamil mungkin tidak mengalami komplikasi semacam ini, hal ini tetap merupakan ancaman yang serius.
Wanita hamil sangat rentan terhadap kekurangan oksigen yang disebabkan oleh henti jantung. Selama kehamilan, janin membutuhkan jumlah oksigen yang signifikan dari ibu. Faktanya, wanita mengalami peningkatan 20% dalam konsumsi oksigen dan peningkatan 40% dalam metabolisme kardiovaskular untuk mengakomodasi janin. Perubahan kadar hormon seperti progesteron dan estrogen selama kehamilan juga dapat membatasi saluran udara dan memperburuk bahaya yang terkait dengan henti jantung maternal. Perubahan fisiologis ini, dalam kombinasi, membuat henti jantung menjadi kondisi yang sangat mengancam jiwa pada wanita hamil. Oleh karena itu, ketika wanita hamil mengalami henti jantung mendadak, sangat penting untuk melakukan RJP berkualitas tinggi dengan napas penyelamatan dan menggunakan AED segera.
Wanita hamil sangat rentan terhadap kekurangan oksigen yang disebabkan oleh henti jantung. Selama kehamilan, janin membutuhkan jumlah oksigen yang signifikan dari ibu. Faktanya, wanita mengalami peningkatan 20% dalam konsumsi oksigen dan peningkatan 40% dalam metabolisme kardiovaskular untuk mengakomodasi janin. Perubahan kadar hormon seperti progesteron dan estrogen selama kehamilan juga dapat membatasi saluran udara dan memperburuk bahaya yang terkait dengan henti jantung maternal. Perubahan fisiologis ini, dalam kombinasi, membuat henti jantung menjadi kondisi yang sangat mengancam jiwa pada wanita hamil. Oleh karena itu, ketika wanita hamil mengalami henti jantung mendadak, sangat penting untuk melakukan RJP berkualitas tinggi dengan napas penyelamatan dan menggunakan AED segera.
Langkah-Langkah BHD Pada Ibu Hamil
1. Kenali Henti Jantung Maternal & Panggil Layanan Medis Darurat
Mengidentifikasi henti jantung pada wanita hamil sama seperti pada orang lain. Periksa responsivitas dan pernapasan normal. Jika mereka tidak responsif dan tidak bernapas normal, anggap bahwa mereka mengalami henti jantung. Anda harus segera memanggil 118, mulai melakukan RJP, dan minta seseorang untuk mengambil AED. Saat menelepon 118, pastikan untuk memberi tahu operator bahwa pasien sedang hamil. |
2. Atur Posisi Ibu Hamil
Pengaturan posisi pasien sebagai strategi penting untuk meningkatkan kualitas CPR. Uterus pada ibu hamil dapat menekan vena cava inferior sehingga menghambat pengembalian darah vena, dengan demikian mengurangi stroke volume atau curah jantung. Laporan data pada ibu hamil menunjukkan bahwa kemiringan kiri-lateral menghasilkan hemodinamik ibu yang membaik, memperbaiki tekanan darah, curah jantung, stroke volume, peningkatan parameter oksigenasi janin dan denyut jantung janin. Meskipun kompresi dada dalam posisi miring kirilateral Kekuatan kompresi dada posisi miring memang menurun daripada dalam posisi terlentang, namun pada ibu hamil posisi miring lebih bermanfaat pada saat dilakukan RJP. Penelitian tidak menemukan perbaikan hemodinamik atau janin ibu jika dengan kemiringan 10° sampai 20° kiri-lateral pada pasien, didapatkan kemiringan terbaik yaitu 30°. Jika kemiringan kiri-lateral digunakan untuk meningkatkan hemodinamik ibu selama serangan jantung, tingkat kemiringan harus sesuai. Pada kemiringan diatas 30° maka pasien dapat meluncur atau berguling di bidang miring, sehingga tingkat kemiringan ini tidak digunakan pada
resusitasi.
Pengaturan posisi pasien sebagai strategi penting untuk meningkatkan kualitas CPR. Uterus pada ibu hamil dapat menekan vena cava inferior sehingga menghambat pengembalian darah vena, dengan demikian mengurangi stroke volume atau curah jantung. Laporan data pada ibu hamil menunjukkan bahwa kemiringan kiri-lateral menghasilkan hemodinamik ibu yang membaik, memperbaiki tekanan darah, curah jantung, stroke volume, peningkatan parameter oksigenasi janin dan denyut jantung janin. Meskipun kompresi dada dalam posisi miring kirilateral Kekuatan kompresi dada posisi miring memang menurun daripada dalam posisi terlentang, namun pada ibu hamil posisi miring lebih bermanfaat pada saat dilakukan RJP. Penelitian tidak menemukan perbaikan hemodinamik atau janin ibu jika dengan kemiringan 10° sampai 20° kiri-lateral pada pasien, didapatkan kemiringan terbaik yaitu 30°. Jika kemiringan kiri-lateral digunakan untuk meningkatkan hemodinamik ibu selama serangan jantung, tingkat kemiringan harus sesuai. Pada kemiringan diatas 30° maka pasien dapat meluncur atau berguling di bidang miring, sehingga tingkat kemiringan ini tidak digunakan pada
resusitasi.
Menggeser uterus ke sisi kiri tubuh pasien (LUD) selama RJP direkomendasikan bila uterus dapat dipalpasi atau terlihat ketinggian uterus diatas umbilikus (usia kehamilan 21-24 minggu) untuk mengurangi efek samping dari kompresi aortacaval oleh janin di uterus yang menyebabkan penurunan venous return dan cardiac output. Namun, kompresi vena cava dapat muncul pada kehamilan yang lebih awal. Ketentuan dilakukannya LUD harus berdasarkan kondisi setiap individu, seperti kehamilan multipel, polihidroamnion, atau kondisi lain dimana menyebabkan obstruksi vena cava walaupun usia kehamilan kurang dari 20 minggu.
Rekomendasi terbaru menyatakan bahwa dengan dilakukannya LUD dengan pasien posisi terlentang diatas permukaan yang keras dapat mengurangi potensi kompresi dari uterus selama kompresi dada yang baik dilakukan.
Rekomendasi terbaru menyatakan bahwa dengan dilakukannya LUD dengan pasien posisi terlentang diatas permukaan yang keras dapat mengurangi potensi kompresi dari uterus selama kompresi dada yang baik dilakukan.