Kiera Clinic
  • Tentang Kami
    • Sejarah Pendirian
    • Visi, Misi & Nilai
    • Struktur Organisasi
    • Kerjasama
  • Our Team
    • Dr. Erta Priadi Wirawijaya SpJP, FIHA
    • Dr. Kika Sri Utami Suwarto SpA, M.Kes.
    • Dr. Muhamad Radyn Haryadi Widjaya Sp.D.V
    • Dr. Marlond Rainol Leleulya, Sp.P
    • Dr. Maria Oswari SpS
    • Siti Sarah. M.Psi
    • Dr. Romi Tamsil
    • Dr. Ayu Ameliya
    • Dr. Christine Natalia Tjong
    • Dr. Nida Ankhofiyya
  • Pelayanan
    • Kiera Angsamerah
    • Klinik Khitan/Sunat >
      • Informasi Khitan
      • Informasi Khitan
    • Klinik Anak >
      • Vaksinasi Anak
    • Klinik Gizi >
      • Konsultasi Pengelolaan Berat Badan
    • Klinik Jantung dan Pembuluh Darah >
      • ABPM
      • Echocardiography
      • Elektrokardiografi (EKG)
      • Holter
      • Treadmill Stress Test
    • Klinik Kulit
    • Kiera Skin & Beauty >
      • PICO LASER
    • Klinik Paru
    • Klinik Psikologi
    • Klinik Saraf
    • Klinik Umum
    • Medical Check Up
    • Pelatihan RJP/BHD >
      • BHD untuk untuk Bayi (0 hingga 12 Bulan)
      • BHD untuk Anak-Anak (1 Tahun hingga Pubertas)
      • BHD untuk Dewasa
      • Penggunaan Defibrillator Eksternal Otomatis (AED)
      • AED untuk Anak-anak dan Bayi
      • Pemberian Bantuan Napas
      • Penanganan Sumbatan Jalan Napas (Choking)
      • BHD Pada Kondisi Khusus
    • Pelayanan Farmasi >
      • Informasi Obat
    • Pelayanan Mobile >
      • MCU Mobile
      • Vaksinasi Mobile
    • Pemeriksaan Laboratorium
    • Layanan Home Care
    • Vaksinasi >
      • BCG
      • Campak
      • Cervarix
      • Flubio HL
      • Fluarix Tetra
      • Gardasil
      • Havrix Junior
      • Menivax
      • PCV 13
      • Varicella
  • Pendaftaran
    • Konsultasi Dokter
  • Home Care
  • Informasi Kesehatan
    • Artikel Kesehatan
    • Kajian Kesehatan Islam
    • Pesan Konten
  • BERITA
    • Event Klinik Kiera
    • Informasi Lowongan Pekerjaan

ARTIKEL KESEHATAN

Dampak Obesitas terhadap Berbagai Organ di Tubuh Kita

30/11/2023

Comments

 
Picture
Obesitas, yang didefinisikan sebagai kondisi medis di mana terdapat akumulasi lemak tubuh berlebih, telah menjadi masalah kesehatan global yang semakin meningkat. Indeks Massa Tubuh (IMT) yang lebih dari 30 dianggap sebagai indikator obesitas. Fenomena ini tidak hanya berkaitan dengan penampilan fisik, tetapi lebih penting lagi, dengan berbagai risiko kesehatan serius. Menurut data terkini, prevalensi obesitas terus meningkat di seluruh dunia, mempengaruhi jutaan orang dari berbagai kelompok usia, etnis, dan latar belakang sosial-ekonomi.

Dampak obesitas pada tubuh manusia meluas dan kompleks, mempengaruhi hampir setiap organ dan sistem dalam tubuh. Mulai dari risiko penyakit kronis seperti diabetes tipe 2 dan penyakit jantung hingga masalah kesehatan mental, obesitas merupakan kondisi yang berpotensi mengurangi kualitas dan harapan hidup. Seiring berjalannya waktu, beban yang ditimbulkan oleh berat badan berlebih ini tidak hanya menuntut biaya pribadi, tetapi juga menimbulkan beban ekonomi yang signifikan pada sistem kesehatan global.

Dalam artikel ini, kita akan menyelami pengaruh obesitas terhadap berbagai organ di tubuh kita, sehingga para pembaca bisa memahami lebih dalam kenapa mengatasi obesitas penting tidak hanya penting untuk penampilan, tetapi juga untuk kesehatan.
  1. Otak: Kelebihan lemak tubuh, terutama lemak visceral, dikaitkan dengan peningkatan peradangan dan stres oksidatif yang bisa merusak sel-sel otak. Peradangan kronis ini dapat menyebabkan penurunan fungsi kognitif, termasuk memori dan kemampuan pemecahan masalah. Obesitas juga meningkatkan risiko terjadinya aterosklerosis di pembuluh darah otak, menyebabkan pengerasan dan penyempitan pembuluh darah. Kondisi ini mengurangi aliran darah ke otak, yang penting untuk membawa oksigen dan nutrisi. Penurunan aliran darah ini dapat meningkatkan risiko stroke iskemik, di mana suplai darah ke bagian otak terhalang, dan stroke hemoragik, di mana pembuluh darah di otak pecah. Studi menunjukkan hubungan antara obesitas dengan penurunan volume otak di beberapa area, termasuk hipokampus, yang terlibat dalam pembentukan memori dan pembelajaran. Penurunan volume ini bisa menjadi indikator awal dari penurunan kognitif dan peningkatan risiko demensia di kemudian hari.
  2. Mata: Akumulasi lemak di kelopak mata dapat menimbulkan kondisi yang disebut xanthelasma—deposit lemak berwarna kuning yang dapat mengindikasikan kolesterol tinggi dalam darah.
  3. Leher: Pada area leher, obesitas sering kali menyebabkan pembesaran jaringan adiposa yang bisa menekan saluran nafas, meningkatkan risiko terjadinya obstruktif sleep apnea. Hal ini menyebabkan terganggunya pola tidur dan oksigenasi yang kurang efisien saat tidur, yang dapat memicu hipertensi dan beban kerja jantung yang tinggi.
  4. Jantung: Obesitas meningkatkan tekanan pada jantung karena harus memompa lebih banyak darah untuk memenuhi kebutuhan oksigen dan nutrisi pada jaringan yang lebih luas. Ini dapat menyebabkan hipertrofi ventrikel kiri, dimana dinding ventrikel jantung menebal, meningkatkan risiko gagal jantung, hipertensi, dan aritmia.
  5. Paru-paru: Obesitas berdampak signifikan pada fungsi paru-paru dan pernapasan. Akumulasi lemak, terutama di sekitar perut, meningkatkan tekanan intra-abdominal dan membatasi ekspansi diafragma. Hal ini mengurangi kapasitas paru-paru dan volume udara yang bisa dihirup, yang menyebabkan penurunan dalam ventilasi paru. Dampak langsungnya adalah penurunan pertukaran oksigen dan karbon dioksida, yang bisa berujung pada peningkatan kadar karbon dioksida dalam darah dan penurunan oksigenasi, kondisi yang dikenal sebagai hipoventilasi. Salah satu sindrom yang terkait erat dengan obesitas adalah Obesity Hypoventilation Syndrome (OHS), yang terjadi ketika individu obesitas gagal bernapas cukup dalam atau cukup cepat untuk memenuhi kebutuhan oksigen tubuh. OHS dapat menyebabkan penumpukan karbon dioksida (hiperkapnia) dan kekurangan oksigen (hipoksemia) dalam darah.
  6. Mammae: Pada laki-laki, obesitas bisa menyebabkan kondisi yang dikenal sebagai ginekomastia, yaitu pembesaran jaringan kelenjar payudara. Hal ini terjadi karena ketidakseimbangan hormon di mana jaringan lemak berlebih menyebabkan tubuh memproduksi lebih banyak estrogen dan mengurangi hormon testosteron.
  7. Hati: Obesitas secara signifikan meningkatkan risiko penyakit hati berlemak non-alkoholik (NAFLD), yang merupakan akumulasi lemak di dalam sel hati. NAFLD bisa berkembang menjadi steatohepatitis non-alkoholik (NASH), suatu kondisi yang lebih serius dimana terjadi peradangan dan kerusakan sel hati, yang dapat menyebabkan fibrosis atau sirosis hati.
  8. Empedu: Penumpukan lemak berlebih dalam tubuh dapat meningkatkan kolesterol dalam empedu, yang merupakan faktor risiko utama pembentukan batu empedu. Obesitas juga dikaitkan dengan disfungsi kantung empedu, yang mengarah pada stasis empedu (penghentian atau perlambatan aliran empedu), meningkatkan risiko kondisi inflamasi seperti kolesistitis.
  9. Ginjal: Obesitas memiliki dampak langsung terhadap ginjal, meningkatkan risiko penyakit ginjal kronis. Lemak berlebih dapat menyebabkan glomerulomegali, dimana unit penyaringan ginjal membesar dan bekerja lebih keras, yang akhirnya dapat menyebabkan glomerulosklerosis, kondisi dimana unit penyaringan menjadi parut dan kehilangan fungsinya. Ini bisa berujung pada penurunan fungsi ginjal dan penyakit ginjal tahap akhir yang memerlukan dialisis atau transplantasi ginjal.
  10. Saluran Kencing: Obesitas dapat meningkatkan risiko terjadinya infeksi saluran kencing (UTI), khususnya pada wanita, karena lemak berlebih di area panggul dan perut dapat mengganggu kemampuan untuk menjaga kebersihan yang baik, yang memudahkan bakteri untuk berkembang. Selain itu, kelebihan berat badan juga meningkatkan tekanan pada kandung kemih, yang dapat menyebabkan inkontinensia urin atau kebocoran urine. Peningkatan tekanan pada kandung kemih juga bisa menyebabkan residu urine yang lebih tinggi setelah buang air kecil, yang dapat meningkatkan risiko infeksi saluran kencing. Obesitas juga dikaitkan dengan peningkatan risiko batu ginjal dan saluran kencing karena perubahan komposisi urine, seperti peningkatan kalsium dan asam urat, yang dapat mengkristal dan membentuk batu.
  11. Pankreas: Obesitas dapat menyebabkan pankreas bekerja lebih keras untuk menghasilkan insulin demi mengatasi tingkat glukosa darah yang lebih tinggi, yang sering terjadi akibat resistensi insulin. Hal ini dapat menyebabkan kelelahan sel beta pankreas dan akhirnya bisa berujung pada diabetes tipe 2. Kelebihan lemak, terutama lemak visceral yang mengelilingi organ dalam, juga dikaitkan dengan peningkatan risiko peradangan pankreas atau pankreatitis akut, yang merupakan kondisi serius dan bisa mengancam nyawa. Jangka panjangnya, kondisi ini dapat mengurangi kemampuan pankreas dalam memproduksi enzim yang diperlukan untuk pencernaan, serta hormon yang mengatur metabolisme.
  12. Sistem Reproduksi: Obesitas memiliki pengaruh yang besar pada sistem reproduksi baik pria maupun wanita. Pada wanita, kelebihan lemak tubuh dapat menyebabkan gangguan pada siklus menstruasi dan ovulasi, yang menyulitkan proses kehamilan. Obesitas juga dikaitkan dengan peningkatan risiko sindrom ovarium polikistik (PCOS), yang bisa mengganggu kesuburan. Selama kehamilan, obesitas meningkatkan risiko komplikasi seperti diabetes gestasional, preeklampsia, dan kehamilan over-term atau melahirkan bayi besar (makrosomia). Pada pria, obesitas bisa menyebabkan penurunan kadar testosteron yang berkontribusi terhadap penurunan libido, disfungsi ereksi, dan menurunkan kualitas serta jumlah sperma yang berpotensi menurunkan kesuburan. Obesitas juga meningkatkan risiko gangguan hormon yang lain, yang dapat mempengaruhi fungsi reproduksi secara keseluruhan.
  13. Tulang Belakang: Obesitas memberikan tekanan tambahan yang signifikan pada tulang belakang, khususnya pada bagian bawah punggung (lumbal). Berat badan yang berlebih dapat menyebabkan perubahan postur dan tekanan yang tidak seimbang pada tulang belakang, yang dapat menyebabkan nyeri punggung bawah dan kondisi degeneratif seperti herniasi diskus intervertebralis dan stenosis spinal. Kelebihan lemak di sekitar perut menarik pusat gravitasi ke depan, yang memaksa tulang belakang untuk menyesuaikan diri dalam upaya untuk mempertahankan keseimbangan. Ini bisa menyebabkan kelengkungan abnormal dari tulang belakang, seperti lordosis (kelengkungan ke depan yang berlebihan di bagian bawah punggung), yang menambah tekanan pada diskus dan sendi tulang belakang.
  14. Tulang dan Sendi: Obesitas memberikan tekanan ekstra pada tulang dan sendi, terutama pada bagian bawah tubuh seperti lutut dan pinggul, yang bisa mempercepat proses degenerasi sendi dan menyebabkan osteoartritis. Berat badan yang berlebih juga meningkatkan risiko inflamasi dan nyeri sendi. Dari perspektif tulang, obesitas bisa menyebabkan peningkatan risiko fraktur karena tulang seiring waktu cukup kuat untuk menopang berat badan yang berlebih. Selain itu, adipositas dikaitkan dengan penurunan densitas mineral tulang relatif terhadap berat badan, yang bisa meningkatkan risiko osteoporosis dan patah tulang. Kelebihan lemak juga bisa mengganggu metabolisme kalsium dan hormon-hormon yang terlibat dalam kesehatan tulang, seperti vitamin D dan hormon paratiroid.
  15. Kulit: Obesitas dapat menyebabkan berbagai masalah kulit. Salah satu masalah yang umum adalah pengembangan stretch marks atau strie, yang terjadi karena peregangan kulit yang cepat akibat penambahan berat badan. Kondisi lain seperti acanthosis nigricans, yang ditandai dengan penebalan dan penggelapan kulit di lipatan dan celah seperti leher dan ketiak, juga sering dikaitkan dengan obesitas. Hal ini sering kali merupakan indikator resistensi insulin. Kelebihan lemak tubuh juga dapat meningkatkan risiko infeksi kulit, terutama di lipatan kulit, karena area tersebut dapat menjadi lembap dan hangat, kondisi yang ideal untuk pertumbuhan bakteri dan jamur. Selain itu, obesitas bisa meningkatkan risiko kondisi inflamasi kulit seperti psoriasis dan dermatitis. Masalah sirkulasi darah akibat obesitas juga dapat mempengaruhi penyembuhan luka dan kesehatan kulit secara umum, meningkatkan risiko ulserasi, terutama di kaki dan area berbeban berat.
  16. Pembuluh Darah Perifer: Obesitas memiliki dampak yang signifikan pada pembuluh darah perifer, yang meliputi arteri dan vena yang membawa darah ke dan dari tangan dan kaki. Kelebihan berat badan dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah dan resistensi vaskular, yang dapat menyebabkan penyakit arteri perifer. Kondisi ini ditandai dengan penyempitan dan pengerasan arteri di kaki dan tangan, yang mengurangi aliran darah dan dapat menyebabkan rasa sakit, kejang, dan kelelahan di anggota tubuh yang terkena. Selain itu, obesitas meningkatkan risiko varises, di mana vena menjadi membesar dan bengkok, terutama di kaki. Hal ini terjadi karena tekanan tambahan pada vena karena berat badan yang berlebih. Obesitas juga meningkatkan risiko trombosis vena dalam (DVT), di mana gumpalan darah terbentuk di dalam vena, biasanya di kaki. Ini bisa sangat berbahaya karena gumpalan darah bisa terlepas dan bergerak ke paru-paru, menyebabkan emboli paru, kondisi yang mengancam jiwa. Kesehatan pembuluh darah perifer yang buruk juga dapat menyebabkan edema atau pembengkakan, terutama di kaki dan pergelangan kaki, karena penumpukan cairan.
  17. Sistem Kekebalan Tubuh: Obesitas memiliki dampak negatif yang signifikan pada sistem kekebalan tubuh. Kelebihan lemak tubuh, terutama lemak visceral, dikaitkan dengan peradangan kronis berkepanjangan. Peradangan ini disebabkan oleh sekresi sitokin pro-inflamasi oleh jaringan adiposa, yang bisa mengganggu fungsi imun normal. Akibatnya, orang dengan obesitas lebih rentan terhadap infeksi, termasuk infeksi pernapasan seperti flu dan pneumonia. Mereka juga mungkin mengalami penyembuhan luka yang lebih lambat dan meningkatnya risiko infeksi setelah operasi. Selain itu, peradangan kronis yang terkait dengan obesitas dapat menyebabkan atau memperburuk kondisi autoimun, di mana sistem kekebalan tubuh secara keliru menyerang sel dan jaringan sehat. Obesitas juga dapat memengaruhi efektivitas vaksinasi. Studi menunjukkan bahwa orang dengan obesitas mungkin tidak merespons dengan baik terhadap vaksin, yang berarti mereka mungkin tidak mendapatkan perlindungan penuh dari vaksin tersebut. Keseluruhan, obesitas mengubah keseimbangan dan fungsi sistem imun, meningkatkan risiko berbagai infeksi dan kondisi inflamasi.

Mengatasi obesitas tidak hanya penting untuk penampilan, tetapi lebih penting lagi untuk kesehatan dan kualitas hidup secara keseluruhan. Seperti yang telah kita bahas, obesitas berdampak pada hampir setiap aspek kesehatan, dari fungsi otak hingga kesehatan sistem reproduksi dan kekebalan tubuh. Upaya untuk mengelola dan mengurangi obesitas—melalui perubahan gaya hidup yang meliputi diet seimbang, aktivitas fisik teratur, dan, jika perlu, intervensi medis—adalah langkah penting untuk mengurangi risiko penyakit kronis dan memperbaiki kesejahteraan secara umum. Dengan meningkatkan kesadaran dan menyediakan sumber daya yang tepat untuk manajemen berat badan, kita dapat membuat langkah besar menuju masa depan yang lebih sehat bagi individu dan masyarakat secara keseluruhan.


Semoga tulisan ini bermanfaat
Salam sehat
Selalu Ingat: Pengetahuan adalah Kekuatan!
​EPW
​
Picture
Comments

    Penulis

    Artikel di website ini dituliskan tim marketing dan juga oleh para dokter di Klinik Kiera diwaktu luangnya, Semoga bermanfaat untuk masyarakat yang membutuhkan

    Picture

    Archives

    January 2025
    June 2024
    May 2024
    April 2024
    March 2024
    February 2024
    January 2024
    December 2023
    November 2023
    October 2023
    September 2023
    July 2023
    June 2023
    May 2023
    March 2023
    February 2023
    January 2023
    August 2022

Lokasi Kami

Picture
Silahkan klik gambar peta untuk melihat posisi kami di Google Map

Hubungi Kami

Picture
Silahkan unduh kartu nama kami, scan untuk secara otomatis menyimpan nomor kami, atau klik untuk melihat tautan kami di LinkTree
  • Tentang Kami
    • Sejarah Pendirian
    • Visi, Misi & Nilai
    • Struktur Organisasi
    • Kerjasama
  • Our Team
    • Dr. Erta Priadi Wirawijaya SpJP, FIHA
    • Dr. Kika Sri Utami Suwarto SpA, M.Kes.
    • Dr. Muhamad Radyn Haryadi Widjaya Sp.D.V
    • Dr. Marlond Rainol Leleulya, Sp.P
    • Dr. Maria Oswari SpS
    • Siti Sarah. M.Psi
    • Dr. Romi Tamsil
    • Dr. Ayu Ameliya
    • Dr. Christine Natalia Tjong
    • Dr. Nida Ankhofiyya
  • Pelayanan
    • Kiera Angsamerah
    • Klinik Khitan/Sunat >
      • Informasi Khitan
      • Informasi Khitan
    • Klinik Anak >
      • Vaksinasi Anak
    • Klinik Gizi >
      • Konsultasi Pengelolaan Berat Badan
    • Klinik Jantung dan Pembuluh Darah >
      • ABPM
      • Echocardiography
      • Elektrokardiografi (EKG)
      • Holter
      • Treadmill Stress Test
    • Klinik Kulit
    • Kiera Skin & Beauty >
      • PICO LASER
    • Klinik Paru
    • Klinik Psikologi
    • Klinik Saraf
    • Klinik Umum
    • Medical Check Up
    • Pelatihan RJP/BHD >
      • BHD untuk untuk Bayi (0 hingga 12 Bulan)
      • BHD untuk Anak-Anak (1 Tahun hingga Pubertas)
      • BHD untuk Dewasa
      • Penggunaan Defibrillator Eksternal Otomatis (AED)
      • AED untuk Anak-anak dan Bayi
      • Pemberian Bantuan Napas
      • Penanganan Sumbatan Jalan Napas (Choking)
      • BHD Pada Kondisi Khusus
    • Pelayanan Farmasi >
      • Informasi Obat
    • Pelayanan Mobile >
      • MCU Mobile
      • Vaksinasi Mobile
    • Pemeriksaan Laboratorium
    • Layanan Home Care
    • Vaksinasi >
      • BCG
      • Campak
      • Cervarix
      • Flubio HL
      • Fluarix Tetra
      • Gardasil
      • Havrix Junior
      • Menivax
      • PCV 13
      • Varicella
  • Pendaftaran
    • Konsultasi Dokter
  • Home Care
  • Informasi Kesehatan
    • Artikel Kesehatan
    • Kajian Kesehatan Islam
    • Pesan Konten
  • BERITA
    • Event Klinik Kiera
    • Informasi Lowongan Pekerjaan