Komplikasi Jantung & Pembuluh Darah pada Diabetes: Kenapa bisa terjadi? Bagaimana mencegahnya?27/2/2024 Diabetes melitus telah dikenal luas sebagai salah satu penyakit kronis yang prevalensinya terus meningkat di seluruh dunia. Penyakit ini ditandai dengan tingginya kadar glukosa darah yang terjadi karena tubuh tidak dapat memproduksi atau menggunakan insulin dengan efektif. Insulin adalah hormon yang memainkan peran penting dalam mengatur metabolisme glukosa. Kondisi kronis ini tidak hanya membatasi kemampuan tubuh untuk menggunakan energi dari makanan, tetapi juga mengundang berbagai komplikasi serius, termasuk komplikasi kardiovaskular. Komplikasi ini timbul karena kerusakan bertahap yang terjadi pada sistem sirkulasi akibat eksposur jangka panjang terhadap kadar glukosa darah yang tinggi.
Komplikasi kardiovaskular pada diabetes dapat bervariasi mulai dari penyakit arteri perifer (PAD), yang merupakan penyempitan pembuluh darah di luar jantung dan otak, sampai penyakit arteri koroner (PAK), yang mempengaruhi aliran darah ke jantung. Kedua kondisi ini dapat memicu gejala yang serius dan berpotensi mengancam nyawa, seperti angina, serangan jantung, atau bahkan gagal jantung. Iskemik kardiomiopati, yang merupakan kerusakan pada otot jantung akibat pasokan darah yang tidak adekuat, juga merupakan komplikasi kardiovaskular yang sering terjadi pada individu dengan diabetes. Selain itu, diabetes merupakan penyebab utama gagal ginjal, yang terjadi ketika ginjal kehilangan kemampuan untuk menyaring limbah dari darah secara efektif. Penyakit ini tidak hanya meningkatkan beban kerja pada jantung tetapi juga memperburuk prognosis bagi penderita diabetes. Keragaman dan keparahan komplikasi jantung dan pembuluh darah pada diabetes menandakan pentingnya pemahaman yang mendalam tentang penyebab dan mekanisme yang melatarbelakangi kondisi ini. Dengan pengetahuan tersebut, langkah-langkah pencegahan dan manajemen yang tepat dapat diambil untuk mengurangi risiko dan memperbaiki kualitas hidup pasien. Karena itulah, artikel ini menjadi penting; untuk menyediakan informasi yang dapat diandalkan dan praktis bagi mereka yang hidup dengan diabetes atau mereka yang berisiko tinggi, serta bagi para profesional kesehatan yang berupaya untuk mendukung pengelolaan kondisi ini. Mekanisme kerusakan jantung dan pembuluh darah pada Diabetes Komplikasi jantung dan pembuluh darah pada individu dengan diabetes dimulai dari fenomena yang disebut resistensi insulin. Resistensi insulin merupakan kondisi ketika sel-sel tubuh menjadi kurang responsif terhadap insulin, hormon yang mengatur pengambilan glukosa dari darah. Sebagai respons, pankreas memproduksi lebih banyak insulin (hiperinsulinemia) untuk mencoba menurunkan kadar gula darah. Namun, kondisi ini tidak hanya gagal mengontrol kadar gula tetapi juga dapat memicu serangkaian reaksi yang merugikan pada sistem kardiovaskular. Ketika insulin tidak lagi efektif, kadar gula dalam darah tetap tinggi, ini disebut hiperglikemia. Hiperglikemia kronis berakibat pada produksi berlebihan radikal bebas yang menyebabkan stres oksidatif. Stres oksidatif ini merusak sel dan dapat memicu terjadinya aterosklerosis, yaitu pengerasan dan penyempitan arteri yang menyuplai darah ke jantung dan organ lain. Proses glikasi non-enzimatik adalah langkah berikutnya dalam kerusakan jantung dan pembuluh darah. Di sini, glukosa yang berlebih dalam darah bereaksi dengan protein dan lemak, membentuk produk akhir glikasi lanjut (AGEs). AGEs ini merusak dinding pembuluh darah dan jantung, mengubah struktur dan fungsi normal mereka, dan memperburuk stres oksidatif. Akumulasi AGEs pada pembuluh darah memainkan peran penting dalam patogenesis komplikasi diabetes. Keadaan inflamasi kronis juga terjadi seiring dengan proses ini, di mana kadar glukosa darah yang tinggi menstimulasi produksi sitokin inflamasi. Inflamasi ini tidak hanya mengganggu fungsi jaringan tetapi juga berkontribusi terhadap perkembangan lesi aterosklerotik. Disfungsi endotel juga muncul sebagai hasil dari inflamasi dan stres oksidatif, mengganggu kemampuan pembuluh darah untuk melebar dan menyempit secara normal, yang pada akhirnya meningkatkan tekanan darah dan memperburuk aterosklerosis. Perubahan hemodinamik, termasuk peningkatan tekanan darah, bersama dengan kecenderungan darah untuk menggumpal (hiperkoagulabilitas), dan perubahan komposisi lemak dalam darah (dislipidemia), semakin menambah risiko komplikasi kardiovaskular. Hipertensi meningkatkan beban pada jantung, memicu hipertrofi ventrikel kiri dan disfungsi diastolik, yang berisiko mengarah ke gagal jantung. Sementara itu, hiperkoagulabilitas dan dislipidemia mempercepat formasi plak aterosklerotik dan pembentukan trombus, yang dapat menyumbat aliran darah ke jantung atau otak, meningkatkan risiko penyakit arteri koroner (PAK), serangan jantung, stroke, dan gagal jantung. "Penyakit Kardiovaskular yang umum ditemukan pada penderita Diabetes" Penyakit kardiovaskular adalah komplikasi utama diabetes dan menjadi penyebab utama morbiditas dan mortalitas pada penderita diabetes. Beberapa kondisi kardiovaskular yang sering ditemukan pada penderita diabetes meliputi Penyakit Arteri Koroner (PAK), Penyakit Arteri Perifer (PAP), Iskemik Kardiomiopati, dan Stroke. Berikut adalah pembahasan singkat mengenai masing-masing kondisi ini, termasuk definisi, tanda, dan gejala yang perlu diwaspadai. Penyakit Arteri Koroner (PAK) - PAK terjadi ketika pembuluh darah yang memasok darah ke jantung tersumbat oleh plak. Pada penderita diabetes, PAK dapat berkembang lebih cepat dan lebih sering tidak diiringi dengan gejala yang khas. Tanda dan gejala yang mungkin dirasakan antara lain sesak napas, kelelahan, dan kadang-kadang, angina (rasa sakit atau ketidaknyamanan di dada). Namun, penderita diabetes mungkin mengalami 'silent ischemia', di mana angina bisa tidak muncul dan serangan jantung terjadi tanpa nyeri dada yang khas. Penyakit Arteri Perifer (PAP) - PAP merupakan penyumbatan arteri di kaki yang menyebabkan penurunan aliran darah. Pada penderita diabetes, gejala PAP mungkin tidak terlalu nyata atau bahkan tidak ada sama sekali. Gejala yang umum termasuk nyeri kaki saat berjalan (claudicatio intermittens) atau perubahan warna kulit kaki. Pada kondisi akut kaki bisa berubah warna menjadi kemerahan dan terasa nyeri. Jika tidak ditangani, PAP dapat berkembang menjadi kondisi yang lebih serius, seperti ulkus kaki atau bahkan amputasi. Iskemik Kardiomiopati - Iskemik Kardiomiopati adalah kerusakan otot jantung yang disebabkan oleh suplai darah yang tidak adekuat akibat penyempitan arteri jantung. Penderita diabetes mungkin tidak merasakan gejala hingga kondisinya sudah lanjut. Tanda-tanda seperti sesak napas, kelelahan, dan bengkak pada kaki dapat terjadi sebagai akibat dari gagal jantung. Stroke - Stroke terjadi ketika pasokan darah ke otak terganggu, sering kali karena pembuluh darah yang tersumbat atau pecah. Penderita diabetes harus waspada terhadap tanda-tanda seperti kelemahan tiba-tiba pada satu sisi tubuh, kesulitan berbicara atau memahami, kebingungan, kesulitan melihat dengan satu atau kedua mata, kesulitan berjalan, pusing, dan hilang keseimbangan atau koordinasi. Penting bagi penderita diabetes untuk memahami bahwa gejala penyakit kardiovaskular dapat lebih halus atau bahkan tidak terdeteksi jika dibandingkan dengan non-diabetik. Oleh karena itu, konsultasi dan pemeriksaan rutin dengan dokter sangat penting. Jangan menunda untuk berkonsultasi dengan dokter jika Anda mengalami gejala yang disebutkan di atas, karena deteksi dini dan pengobatan yang tepat dapat menyelamatkan nyawa. "Kenapa penyakit jantung pada penderita diabetes sering tidak bergejala?" Banyak diantara pasien saya dengan diabetes tidak menyadari bahwa mereka menderita penyakit jantung. Ada yang ketahuan saat diperiksa EKG, katanya ada temuan infark miokard lama. Ada juga yang ketahuan saat diperiksa ronsen dada, katanya jantungnya bengkak. Kenapa ini bisa terjadi? Hal ini terjadi karena diabetes dapat menyebabkan kerusakan saraf, dikenal sebagai neuropati diabetes, yang mengurangi kemampuan pasien untuk merasakan nyeri, termasuk nyeri dada yang biasanya merupakan tanda peringatan utama penyakit jantung. Akibatnya, serangan jantung pada penderita diabetes seringkali tidak menyebabkan gejala khas seperti nyeri dada yang hebat, hal ini kita kenal sebagai "Silent Myocardial Infarction" (SMI). Infark miokard tanpa gejala atau "silent myocardial infarction" (SMI) merupakan masalah kesehatan yang serius namun sering tidak terdiagnosis pada pasien diabetes. Diabetes dapat menyebabkan kerusakan saraf yang mengurangi kemampuan seseorang untuk merasakan sakit, termasuk sakit dada yang menjadi ciri khas serangan jantung, sehingga SMI kerap terjadi tanpa gejala yang jelas. Hal ini mengakibatkan penundaan dalam diagnosis dan pengobatan, yang menjadi sangat krusial mengingat diperkirakan akan ada peningkatan jumlah penduduk dengan diabetes hampir 50% dari tahun 2017 hingga 2045. Penelitian di Polandia menemukan bahwa SMI lebih umum pada pasien dengan diabetes tipe 2 dibandingkan tipe 1, dengan faktor risiko termasuk usia lanjut, adanya aterosklerosis karotis, penurunan fraksi ejeksi ventrikel kiri, dan kebiasaan merokok pada pasien dengan diabetes tipe 1. "Jika sudah terdiagnosis Diabetes, hal apa yang bisa dilakukan untuk mencegah terjadinya komplikasi kardiovaskular?" Setelah diagnosis diabetes ditegakkan, langkah-langkah proaktif perlu diambil untuk mengurangi risiko komplikasi kardiovaskular. Pertama dan terpenting adalah manajemen gula darah yang ketat. Pasien perlu bekerja sama dengan tenaga kesehatan untuk menetapkan target gula darah individu dan memonitornya secara rutin. Modifikasi gaya hidup adalah fondasi dalam mencegah komplikasi jantung pada diabetes. Ini termasuk diet seimbang yang kaya akan buah-buahan, sayuran, dan biji-bijian utuh, serta rendah lemak jenuh dan gula tambahan. Aktivitas fisik teratur, setidaknya 150 menit per minggu aktivitas aerobik sedang, seperti berjalan cepat, juga sangat dianjurkan. Pengelolaan faktor risiko kardiovaskular lainnya juga tidak kalah pentingnya, termasuk mengontrol tekanan darah dan kolesterol. Penggunaan obat-obatan, seperti antiplatelet, statin dan obat antihipertensi, mungkin diperlukan sesuai anjuran dokter. Berhenti merokok juga sangat penting karena merokok meningkatkan risiko komplikasi kardiovaskular secara signifikan. Pemeriksaan kesehatan secara berkala, termasuk evaluasi untuk penyakit jantung subklinis melalui pemeriksaan EKG atau tes stres kardiovaskular, dapat membantu dalam deteksi dini dan manajemen penyakit jantung. Selain itu, pengelolaan stres dan dukungan emosional juga penting karena stres dapat mempengaruhi gula darah dan kesehatan jantung. Pendidikan pasien tentang pengenalan gejala penyakit jantung juga vital, terutama karena pasien dengan diabetes mungkin tidak merasakan gejala khas. Mendidik pasien tentang pentingnya perawatan preventif dan pengenalan dini gejala penyakit jantung dapat menyelamatkan nyawa. Kerja sama yang erat antara pasien dan tim kesehatan yang terdiri dari dokter, perawat, dan ahli diet adalah kunci untuk manajemen diabetes yang sukses dan pencegahan komplikasi kardiovaskular. Dengan perencanaan yang cermat dan tindakan pencegahan yang proaktif, risiko komplikasi kardiovaskular pada pasien dengan diabetes dapat diminimalkan secara signifikan. |
PenulisArtikel di website ini dituliskan tim marketing dan juga oleh para dokter di Klinik Kiera diwaktu luangnya, Semoga bermanfaat untuk masyarakat yang membutuhkan Archives
June 2024
|