Angin duduk atau adalah istilah awam untuk serangan jantung atau Sindrom Koroner Akut (SKA) yang merupakan kondisi medis yang terjadi ketika pasokan darah ke otot jantung terganggu. Kondisi ini bisa terjadi secara tiba-tiba dan memerlukan penanganan segera karena bisa berakibat fatal. Kondisi ini harus dibedakan dengan angina pektoris stabil yang memiliki gejala yang mirip. Angina pektoris stabil biasanya terjadi ketika aktivitas fisik atau emosi meningkat, dan dapat dihilangkan dengan istirahat atau pengobatan nitrat seperti nitrogliserin. Sedangkan SKA gejalanya tidak menghilang saat istirahat dan tidak berkurang dengan pemberian nitrat. Nitrat atau nitrogliserin adalah obat yang biasa diresepkan dokter untuk pasien dengan penyempitan pembuluh darah. Gejala awal dari angin duduk biasanya muncul secara tiba-tiba, tapi kadang-kadang bisa gejala pendahuluan sebelumnya seperti nyeri dada atau angina pektoris yang semakin sering, berat dan lama. Gejala angin duduk seringkali sulit untuk didiagnosis karena gejalanya bisa menyerupai masalah kesehatan lainnya dengan keluhan seperti sakit perut, sesak, sakit kepala, atau sesak. Beberapa gejala umum dari angin duduk yang seringkali muncul antara lain:
Penanganan Sindrom Koroner Akut Penanganan SKA meliputi langkah-langkah berikut:
Gejala Tidak Khas Sindrom Koroner Akut Gejala Sindrom Koroner Akut (SKA) pada sebagian besar orang biasanya cukup khas, seperti nyeri dada yang menjalar ke lengan kiri, leher, rahang atau punggung, sesak napas, berkeringat, dan mual. Namun, pada sebagian kecil orang, gejala SKA dapat sangat tidak khas dan sulit didiagnosis, terutama pada perempuan, orang lanjut usia, dan orang dengan diabetes. Alasan utama mengapa gejala SKA pada kelompok ini seringkali tidak khas adalah karena perbedaan faktor risiko dan manifestasi penyakit kardiovaskular pada masing-masing kelompok. Pada perempuan, misalnya, gejala SKA seringkali tidak khas karena faktor hormonal dan anatomi jantung yang berbeda dengan pria. Sementara itu, pada orang lanjut usia, gejala SKA dapat tidak khas karena adanya komplikasi penyakit lain seperti diabetes. Studi mengenai gejala tidak khas pada Sindrom Koroner Akut (SKA) sebagai prediktor kematian pasien di rumah sakit pernah dilakukan pada 2007 dengan melibatkan 6 negara di Timur Tengah. Sebanyak 6.704 pasien SKA terdaftar dan dibagi menjadi tiga kelompok berdasarkan gejala utama yang dialami, yaitu nyeri dada khas, nyeri dada tidak khas, dan sesak napas. Hasilnya menunjukkan bahwa pasien yang tidak mengalami nyeri dada khas memiliki risiko kematian di rumah sakit yang lebih tinggi daripada pasien yang mengalami nyeri dada khas, yaitu sebesar 2 kali. Pasien dengan gejala tidak khas atau sesak napas cenderung lebih tua dan memiliki lebih banyak faktor risiko kardiovaskular. Selain itu, kelompok tersebut cenderung kurang menerima terapi berbasis bukti dan angiografi koroner, serta memiliki hasil yang lebih buruk di rumah sakit. Temuan tersebut sejalan dengan temuan sebelumnya dari Registry Global Sindrom Koroner Akut tahun 2004, saat itu dianalisis data dari 20.881 pasien dengan ACS. Dari total pasien tersebut, sebanyak 1.763 (8,4%) mengalami ACS tanpa gejala nyeri dada. Dari pasien-pasien ini, 23,8% awalnya tidak terdiagnosis sebagai kasus ACS. Pasien-pasien yang tidak mengalami nyeri dada ini lebih sedikit menerima obat-obatan yang efektif untuk jantung dan mengalami morbiditas dan mortalitas yang lebih tinggi selama di rumah sakit dibandingkan dengan pasien-pasien dengan gejala nyeri dada (13% vs 4,3%, masing-masing; p < 0,0001). Pasien-pasien dengan ACS yang tidak mengalami nyeri dada seringkali salah didiagnosis dan kurang mendapatkan perawatan yang sesuai. Pasien-pasien ini mengalami morbiditas yang lebih besar dan mortalitas yang lebih tinggi pada spektrum ACS. Gambaran EKG seseorang yang mengeluhkan nyeri perut. Tanpa pemeriksaan EKG bisa-bisa dianggap keluhannya karena maag. Faktor Risiko & Cara Mencegah Beberapa faktor risiko yang dapat meningkatkan kemungkinan terjadinya angin duduk, di antaranya usia yang lebih tua, merokok, memiliki riwayat keluarga dengan penyakit jantung, menderita diabetes, memiliki kadar kolesterol tinggi, memiliki tekanan darah tinggi, dan kurang berolahraga. Salah satu alat diagnostik yang paling umum digunakan untuk mendeteksi SKA adalah elektrokardiogram (EKG). EKG adalah tes non-invasif yang membantu dokter melihat aktivitas listrik jantung pasien. Tes ini dapat menunjukkan apakah jantung pasien sedang mengalami masalah seperti adanya detak jantung yang tidak normal, aliran darah yang berkurang ke jantung atau kerusakan jantung. Untuk mencegah terjadinya serangan jantung, sebaiknya Anda menjalani gaya hidup yang sehat, seperti berolahraga secara teratur, mengonsumsi makanan sehat, menjaga berat badan yang sehat, dan menghindari merokok. Jika Anda memiliki riwayat keluarga dengan penyakit jantung, sebaiknya melakukan pemeriksaan kesehatan secara berkala dan meminta saran medis mengenai langkah-langkah preventif yang dapat dilakukan. Time is Muscle Konsep "Time is muscle" merupakan salah satu prinsip penting dalam penanganan Sindrom Koroner Akut (SKA), yang mengacu pada fakta bahwa semakin cepat pasien dengan SKA mendapatkan pengobatan, semakin besar kemungkinan untuk mencegah kerusakan otot jantung (miokardium) yang lebih parah atau bahkan kematian. Kerusakan otot jantung terjadi ketika pasokan darah dan oksigen ke otot jantung terhenti atau berkurang akibat sumbatan pada arteri koroner. Semakin lama arteri koroner tersumbat, semakin banyak sel-sel jantung yang kekurangan oksigen dan semakin banyak sel-sel jantung yang mati. Dalam hal ini, waktu sangat berharga, dan semakin cepat pasien mendapatkan pengobatan, semakin besar kemungkinan untuk memperbaiki kerusakan jantung dan mencegah komplikasi yang lebih serius. Oleh karena itu, dalam penanganan SKA, waktu merupakan faktor kritis dalam memastikan pasien mendapatkan pengobatan yang tepat dalam waktu yang sesingkat mungkin. Salah satu upaya untuk menerapkan konsep "Time is muscle" adalah melalui dibentuknya jaringan STEMI (ST-Elevation Myocardial Infarction) antar rumah sakit dan/atau klinik di Indonesia yang memiliki EKG sehingga pasien dengan serangan jantung ST-elevasi mendapatkan perawatan yang cepat dan tepat. Dengan adanya sistem ini pasien dengan STEMI diarahkan ke rumah sakit yang memiliki fasilitas penanganan SKA terbaik, sehingga memungkinkan pasien mendapatkan pengobatan yang cepat dan optimal. Dalam penanganan SKA, selain cepat, pengobatan yang tepat dan terintegrasi antara berbagai aspek penanganan (seperti pemberian obat-obatan, terapi reperfusi, dan pengendalian faktor risiko) juga menjadi kunci penting untuk meminimalkan kerusakan jantung dan meningkatkan prognosis pasien. Pustaka:
AuthorDr. Erta Priadi W. SpJP |
PenulisArtikel di website ini dituliskan tim marketing dan juga oleh para dokter di Klinik Kiera diwaktu luangnya, Semoga bermanfaat untuk masyarakat yang membutuhkan Archives
June 2024
|