Thiazid adalah kelompok diuretik yang pertama kali diisolasi dari tumbuhan yang dikenal sebagai corn silk (lendir jagung) pada tahun 1950-an. Pada awalnya, diuretik tiazid digunakan hanya sebagai obat diuretik untuk mengobati edema (pembengkakan) yang disebabkan oleh kondisi seperti gagal jantung, gagal ginjal, dan sindrom nefrotik. Namun, pada tahun 1959, Dr. Irving Page dan Dr. Samuel Massengill dari The Upjohn Company menemukan bahwa diuretik tiazid juga dapat digunakan untuk mengobati hipertensi. Penemuan ini diakui sebagai salah satu penemuan penting dalam kedokteran, karena sebelumnya, tidak ada obat yang dapat digunakan untuk mengobati hipertensi secara efektif. Sejak saat itu thiazid menjadi Obat diuretik yang pertama kali digunakan untuk mengobati hipertensi.
Obat diuretik tiazid bekerja dengan menghambat aktivitas enzim yang disebut "Na+-Cl-" symporter di dalam tubulus proksimal ginjal. Enzim ini bertanggung jawab untuk reabsorpsi natrium dan klorida dari filtrat glomerulus ke dalam darah. Dengan menghambat aktivitas enzim ini, obat diuretik tiazid menyebabkan peningkatan ekskresi natrium dan air dari tubuh, yang pada akhirnya menurunkan volume darah dan tekanan darah. Selain itu, diuretik tiazid juga dapat meningkatkan ekskresi kalium, kalsium dan magnesium yang dapat menyebabkan hipokalemia, hipokalsemia dan hypomagnesemia. Risiko terjadinya hal ini meningkat pada individu yang rentan seperti pada yang usianya lanjut, ada gangguan ginjal, mengonsumsi obat lain yang turut menyebabkan pengurangan kadar elektrolit, ada gangguan malabsorpsi makanan, dehidrasi, masalah tiroid atau paratiroid, hati atau kanker adalah kelompok yang rentan terkena gangguan elektrolit akibat penggunaan thiazid dan harus mendapatkan pengawasan medis yang ketat dan pengurangan dosis jika diperlukan. Waktu paruh diuretik tiazid bervariasi tergantung pada jenis diuretik tiazid yang digunakan. Beberapa diuretik tiazid seperti hydrochlorothiazide (HCTZ) memiliki waktu paruh sekitar 6-15 jam, sedangkan yang lain seperti chlorthalidone memiliki waktu paruh yang lebih panjang yaitu sekitar 24-48 jam. Efek diuretik tiazid biasanya terlihat dalam beberapa jam setelah dosis pertama diberikan. Namun, untuk mencapai efek antihipertensi yang maksimal, biasanya diperlukan beberapa hari atau bahkan minggu. Setelah obat dihentikan, efek diuretik tiazid akan menghilang dalam waktu yang sama dengan waktu paruh obat. Namun, beberapa efek samping seperti hipokalemia atau hipomagnesemia dapat berlangsung lebih lama setelah dosis dihentikan. Penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa obat ini efektif dalam menurunkan tekanan darah pada pasien hipertensi. Beberapa studi yang menunjukkan keefektifan obat diuretik tiazid dalam mengobati hipertensi dan gagal jantung diantaranya :
Beberapa studi yang menunjukkan hasil kurang optimal dari penggunaan diuretik tiazid dalam mengobati hipertensi dan gagal jantung meliputi:
Diuretik tiazid sebagai obat golongan diuretik telah lama digunakan dalam pengendalian hipertensi. Dalam panduan pengendalian hipertensi terbaru, diuretik tiazid dianggap sebagai pilihan utama dalam pengobatan hipertensi tahap awal. Beberapa panduan pengendalian hipertensi seperti panduan dari American College of Cardiology/American Heart Association (ACC/AHA) dan European Society of Cardiology (ESC) menyarankan diuretik tiazid sebagai pilihan pertama dalam pengobatan hipertensi tahap 1 dan 2. Panduan AHA/ACC menyatakan bahwa diuretik tiazid dapat digunakan sebagai monoterapi atau digabungkan dengan obat antihipertensi lainnya untuk mencapai target tekanan darah. Sedangkan ESC menyatakan bahwa diuretik tiazid dapat digabungkan dengan obat antihipertensi lainnya seperti ACE inhibitors, ARB, atau kalsium kanal blocker untuk mencapai target tekanan darah yang lebih baik. Diuretik tiazid menjadi salah satu obat antihipertensi yang paling umum digunakan saat ini dan telah menyelamatkan jutaan nyawa. Walau digunakan secara luas dan direkomendasikan oleh banyak pedoman anti hipertensi dan gagal jantung , diuretik thiazide adalah golongan obat yang dapat mengakibatkan efek samping berbahaya jika digunakan secara tidak tepat. Karena itulah penggunaan diuretik tiazid harus diawasi dengan baik untuk mengurangi risiko efek samping yang mungkin timbul. Penyesuaian dosis dan pemantauan yang sesuai juga diperlukan untuk mencapai target tekanan darah yang diinginkan dan menjaga kesehatan pasien secara menyeluruh. Tercapainya target tekanan darah menjadi kunci dalam mencegah terjadinya kesakitan dan kematian akibat rusaknya target organ damage pada hipertensi, thiazid bisa menjadi salah satu pengobatan sehingga target tekanan darah bisa dicapai. |
PenulisArtikel di website ini dituliskan tim marketing dan juga oleh para dokter di Klinik Kiera diwaktu luangnya, Semoga bermanfaat untuk masyarakat yang membutuhkan Archives
June 2024
|