Seorang pasien pernah datang berkonsultasi dengan membawa hasil treadmill stress test. Beliau mengatakan, 'Saya diminta menjalani medical check-up oleh perusahaan saya, salah satunya adalah treadmill (stress) test. Hasilnya positif, dan saya disarankan untuk pemasangan ring. Saya tidak ada keluhan apa-apa, pasti ada kesalahan. Saya ingin Dokter melakukan ulang treadmill test agar saya bisa segera kembali bekerja.'
Setelah saya memeriksa hasil pemeriksaannya, saya menemukan bahwa rekam jantung (EKG) saat istirahat normal, tetapi pada hasil treadmill test, terlihat tanda-tanda iskemia saat detak jantung mencapai 120 kali per menit. Iskemia semakin parah dengan meningkatnya aktivitas fisik. Awalnya, depresi gelombang ST hanya sekitar 1 mm, namun semakin tinggi detak jantung, depresi ST semakin dalam disertai inversi gelombag T - ini merupakan tanda iskemia yang sangat khas pada EKG. Temuan tersebut disertai munculnya gangguan irama berupa ventricular extrasystole yang semakin sering. Saya kemudian mengatakan kepada pasien, 'Maaf Pak, saya rasa tidak perlu mengulang treadmill test, karena hasil ini sudah jelas menunjukkan iskemia saat Bapak berolahraga. Sebaiknya Bapak segera diobati untuk penyakit jantung koroner, dan jika memungkinkan, dilakukan pemasangan ring/stent jantung.' Pasien itu awalnya tidak percaya dan berkata, 'Tidak mungkin saya punya penyakit jantung. Saya sangat menjaga kesehatan. Tidak ada hipertensi atau diabetes, saya rutin berolahraga, dan hanya merokok sesekali, hanya ketika bersama teman.' Saya menjelaskan, 'Meskipun jarang, merokok tetap meningkatkan risiko penyakit arteri koroner. Begitu juga dengan paparan asap rokok. Bagaimana dengan gigi Bapak? Apakah ada masalah?' Pasien menjawab, 'Beberapa gigi saya memang bolong, sudah bertahun-tahun tanpa keluhan.' Saya menambahkan, 'Gigi bolong bisa menjadi sarang kuman, yang dapat menyebabkan peradangan dan mempercepat atherosklerosis atau penyempitan pembuluh darah. Jadi, ketika Anda terdiagnosis penyakit arteri koroner, eradikasi fokal infeksi di gigi dan mulut menjadi penting sebagai bagian dari pencegahan sekunder.' Saya kemudian menanyakan tentang keluhan saat berolahraga, 'Pak, apakah ada nyeri dada saat berolahraga?' Dia menjawab, 'Tidak, jika ada, saya pasti sudah ke dokter.' Saya bertanya lagi, 'Bagaimana dengan nyeri di leher, punggung, perut, atau bahu setelah berolahraga?' Dia mengatakan, 'Saya sering merasakan nyeri di bahu kiri, tapi dokter bilang itu masalah sendi.' Saya menanyakan lebih lanjut, 'Apakah nyeri itu muncul saat bekerja atau berolahraga?' Dia berkata, 'Sepertinya iya.' Ini bisa jadi manifestasi gejala angina pada pasien ini. Tanpa pengobatan iskemia yang berkepanjangan seperti yang terjadi pada pasien ini berisiko mengakibatkan komplikasi berupa gangguan irama, henti jantung, atau serangan jantung. Manifestasi aritmia berupa ventrikular extrasystole yang terjadi pada pasien ini, bisa jadi menjadi tanda awal atau pendahulu munculnya gangguan irama berbahaya seperti takikardia ventrikel atau bahkan fibrilasi ventrikel yang menjadi penyebab kematian jantung mendadak. Ini sesuatu yang tentunya sangat berbahaya. Untuk mengurangi risiko terjadinya hal tersebut, biasanya ada beberapa langkah yang bisa kita lakukan. Pemberian obat seperti beta-bloker dapat menurunkan detak jantung pasien, memberikan jantung waktu istirahat yang lebih sehingga pengisian arteri koroner bisa meningkat. Pengencer darah seperti aspirin bisa diberikan untuk mengurangi risiko terbentuknya gumpalan darah sehingga risiko serangan jantung dan stroke menurun. Obat pelebar pembuluh darah bisa diberikan untuk mengurangi beban jantung. Statin juga biasanya diberikan tidak hanya untuk menurunkan kadar lemak jahat seperti LDL, tapi juga membantu menstabilkan plak sehingga risiko ruptur dan terjadinya serangan jantung menurun. Semua obat-obatan ini bisa membantu mengurangi risiko, tapi akan lebih baik lagi jika dilakukan tindakan PCI untuk menghilangkan sumbatan yang ada. Akhirnya pasien ini mau diobati, beliau juga mau menjalani pemeriksaan angiografi dan pemasangan stent. Setelah dilakukan angiografi, ternyata penyempitan yang dialami pasien ini cukup berat, sekitar 70% di pembuluh darah utama sebelah kiri. Tanpa pengobatan, tanpa tindakan PCI, kondisi ini sangat berisiko mengarah pada serangan jantung, yang bisa terjadi secara tiba-tiba dan berpotensi fatal. Penyempitan pembuluh darah di jantung menghambat aliran darah yang membawa oksigen dan nutrisi ke otot jantung, yang esensial untuk fungsi jantung yang sehat. Ketika stenosis mencapai tahap kritis seperti yang dialami pasien ini, risiko terjadinya iskemia miokardium, yaitu kekurangan suplai darah ke otot jantung, meningkat secara signifikan. Dengan pemasangan stent, kita dapat membuka penyempitan tersebut dan memulihkan aliran darah ke jantung. Kok bisa ada Penyakit Arteri Koroner tapi tidak bergejala? Penyakit arteri koroner yang signifikan bisa menyebabkan terganggunya aliran darah ke jantung. Jika aliran darah ke jantung berkurang, pasokan oksigen ke jantung juga akan berkurang, kondisi ini disebut sebagai iskemia miokard / otot jantung. Umum-nya iskemia miokard menimbulkan gejala berupa nyeri dada yang memburuk saat terjadinya aktivitas. Saat gejala itu tidak muncul atau menimbulkan gejala lain yang tidak khas kita sebut itu sebagai silent iskemia. Beberapa faktor dapat menyebabkan terjadinya silent iskemia. Pertama setiap orang memiliki perbedaan dalam respons tubuh terhadap nyeri. Individu dengan ambang batas nyeri yang lebih tinggi mungkin tidak merasakan nyeri meski jantung mereka kekurangan oksigen. Selain itu kelompok tertentu seperti lansia, wanita, dan penderita diabetes harus lebih waspada terhadap silent iskemia. Pada lansia, penurunan sensitivitas nyeri dan perubahan fisiologis pada sistem kardiovaskular dapat menyembunyikan gejala iskemia. Wanita seringkali mengalami gejala atipikal yang mungkin dirasakan tidak dihubungkan dengan masalah jantung, seperti rasa lelah berlebih atau sesak napas, nyeri perut, nyeri di punggung, atau rasa tercekik di leher. Sedangkan pada penderita diabetes, terutama yang mengalami neuropati, kerusakan saraf dapat mengurangi kemampuan merasakan nyeri, yang dapat menyembunyikan gejala iskemia. Gejala yang berbeda dan intensitas nyeri yang mungkin dirasakan ringan dapat menjadi penyebab kenapa bisa terjadi silent iskemia. Kenapa Silent Iskemia Berbahaya? Silent iskemia merupakan kondisi medis yang serius dan berbahaya, dimana jantung mengalami kekurangan oksigen tanpa menimbulkan gejala nyeri dada yang khas. Kondisi ini berbahaya karena beberapa alasan kunci. Pertama, ketiadaan gejala nyata membuat silent iskemia sulit dideteksi. Tanpa gejala yang jelas seperti nyeri dada atau sesak napas, banyak orang tidak menyadari bahwa mereka menderita kondisi ini. Orang dengan nyeri dada yang khas, kemungkinan besar akan berhenti beraktivitas ketika muncul keluhan nyeri dada kemudian berobat ke dokter. Orang dengan keluhan nyeri punggung? Kemungkinan akan mengabaikan keluhannya, terus beraktivitas dan tidak akan konsultasi ke dokter. Tanpa pengobatan, iskemia berkelanjutan dapat meningkatkan risiko terjadinya serangan jantung atau henti jantung mendadak. Ini bisa menjelaskan kenapa ada orang yang tadinya tampak sehat tidak ada keluhan apa-apa, lalu mendadak meninggal saat bekerja. Kedua, meskipun tidak menimbulkan nyeri, kekurangan oksigen yang terus-menerus ke jantung dapat menyebabkan kerusakan otot jantung yang progresif. Kerusakan ini dapat mengakibatkan komplikasi jangka panjang seperti gagal jantung, di mana jantung tidak lagi mampu memompa darah secara efisien ke seluruh tubuh. Ketiga, silent iskemia terjadi karena ada penyebab yang mengakibatkan penyempitan pada arteri koroner. Jika tidak terdeteksi, tidak terobati, pasien mungkin tidak mengambil langkah-langkah untuk mengendalikan faktor risiko penyakit jantung, seperti hipertensi, kolesterol tinggi, atau diabetes. Hingga pada akhirnya kondisi sakit yang dialaminya akan semakin berat dan risiko terjadinya serangan jantung semakin tinggi. Penutup Kasus ini menyoroti pentingnya mendengarkan tubuh kita dan tidak mengabaikan gejala yang tidak khas, terutama bagi kelompok yang lebih rentan mengelami silent iskemia seperti lansia, wanita, dan penderita diabetes. Pada kelompok ini, gejala iskemia mungkin tidak terasa sebagai nyeri dada yang khas, tetapi bisa berupa rasa lelah yang berlebihan, sesak napas, nyeri perut, nyeri di punggung, atau rasa tercekik di leher, bahkan bisa tanpa gejala sama sekali. Silent iskemia bisa sangat berbahaya karena tanpa terdiagnosis dan tanpa pengobatan yang memadai, risiko terjadinya serangan jantung atau henti jantung mendadak Hal ini menekankan pentingnya kesadaran dan pendekatan proaktif dalam pemantauan kesehatan, terutama bagi mereka yang berisiko tinggi. Pemeriksaan kesehatan rutin seperti pemeriksaan EKG dan Treadmill Stress Test memiliki peranan penting dalam mendiagnosis keberadaan silent Iskemia pada PAK. Mereka yang usianya sudah memasuki dekade ke 4 sebaiknya melakukan pemeriksaan kesehatan jantung secara teratur, terutama jika memiliki faktor risiko seperti riwayat keluarga dengan penyakit jantung, hipertensi, kolesterol tinggi, diabetes, merokok, atau kondisi kesehatan mulut yang buruk. Dengan deteksi dini tidak hanya kualitas hidup yang bisa dipertahankan bahkan ditingkatkan, tapi juga mencegah kemungkinan komplikasi jantung yang serius di masa depan. |
PenulisArtikel di website ini dituliskan tim marketing dan juga oleh para dokter di Klinik Kiera diwaktu luangnya, Semoga bermanfaat untuk masyarakat yang membutuhkan Archives
June 2024
|