Kiera Clinic
  • Tentang Kami
    • Sejarah Pendirian
    • Visi, Misi & Nilai
    • Struktur Organisasi
    • Kerjasama
  • Our Team
    • Dr. Erta Priadi Wirawijaya SpJP, FIHA
    • Dr. Kika Sri Utami Suwarto SpA, M.Kes.
    • Dr. Muhamad Radyn Haryadi Widjaya Sp.D.V
    • Dr. Marlond Rainol Leleulya, Sp.P
    • Dr. Maria Oswari SpS
    • Siti Sarah. M.Psi
    • Dr. Romi Tamsil
    • Dr. Ayu Ameliya
    • Dr. Christine Natalia Tjong
    • Dr. Nida Ankhofiyya
  • Pelayanan
    • Kiera Angsamerah
    • Klinik Khitan/Sunat >
      • Informasi Khitan
      • Informasi Khitan
    • Klinik Anak >
      • Vaksinasi Anak
    • Klinik Gizi >
      • Konsultasi Pengelolaan Berat Badan
    • Klinik Jantung dan Pembuluh Darah >
      • ABPM
      • Echocardiography
      • Elektrokardiografi (EKG)
      • Holter
      • Treadmill Stress Test
    • Klinik Kulit
    • Kiera Skin & Beauty >
      • PICO LASER
    • Klinik Paru
    • Klinik Psikologi
    • Klinik Saraf
    • Klinik Umum
    • Medical Check Up
    • Pelatihan RJP/BHD >
      • BHD untuk untuk Bayi (0 hingga 12 Bulan)
      • BHD untuk Anak-Anak (1 Tahun hingga Pubertas)
      • BHD untuk Dewasa
      • Penggunaan Defibrillator Eksternal Otomatis (AED)
      • AED untuk Anak-anak dan Bayi
      • Pemberian Bantuan Napas
      • Penanganan Sumbatan Jalan Napas (Choking)
      • BHD Pada Kondisi Khusus
    • Pelayanan Farmasi >
      • Informasi Obat
    • Pelayanan Mobile >
      • MCU Mobile
      • Vaksinasi Mobile
    • Pemeriksaan Laboratorium
    • Layanan Home Care
    • Vaksinasi >
      • BCG
      • Campak
      • Cervarix
      • Flubio HL
      • Fluarix Tetra
      • Gardasil
      • Havrix Junior
      • Menivax
      • PCV 13
      • Varicella
  • Pendaftaran
    • Konsultasi Dokter
  • Home Care
  • Informasi Kesehatan
    • Artikel Kesehatan
    • Kajian Kesehatan Islam
    • Pesan Konten
  • BERITA
    • Event Klinik Kiera
    • Informasi Lowongan Pekerjaan

ARTIKEL KESEHATAN

Penyakit Jantung: Apa iya perlu membatasi minum?

2/6/2023

Comments

 
Picture
Salah satu mitos yang beredar di masyarakat adalah bahwa orang dengan penyakit jantung harus mengurangi konsumsi cairan mereka. Namun, sebenarnya, ini tidak sepenuhnya benar. Sebagai seorang pasien penyakit jantung, penting bagi Anda untuk memahami bahwa restriksi cairan tidak selalu diperlukan. Pengawasan dan pemantauan terhadap konsumsi cairan Anda, meski penting, tidak selalu berarti harus selalu dikurangi.

Spektrum penyakit Jantung itu Luas, tidak semuanya perlu Restriksi Cairan

Penyakit jantung mencakup spektrum yang sangat luas dan memiliki banyak variasi, dari kondisi yang relatif ringan hingga kondisi yang sangat serius. Beberapa contoh penyakit jantung antara lain penyakit arteri koroner, aritmia (gangguan irama jantung), penyakit jantung bawaan, gagal jantung, dan banyak lagi. Penyakit jantung ini berbeda-beda dalam gejala, efek pada tubuh, dan strategi pengobatannya.
Pembatasan atau restriksi cairan biasanya disarankan untuk pasien dengan kondisi gagal jantung. Gagal jantung adalah kondisi di mana jantung tidak mampu memompa darah sebanyak yang dibutuhkan tubuh. Ini dapat terjadi karena jantung telah melemah sehingga kinerjanya berkurang. Walau restriksi cairan sering kali dianjurkan untuk pasien gagal jantung yang menunjukkan gejala penumpukan cairan, bukan berarti semua kasus gagal jantung memerlukan restriksi cairan yang ketat.

Kasus Gagal Jantung seperti apa yang memerlukan Restriksi Cairan?
Gagal jantung sendiri adalah sebuah spektrum penyakit yang memiliki variasi luas dalam tingkat keparahan dan gejala. Oleh karena itu, pendekatan terhadap manajemen cairan harus disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing individu.
Misalnya, bagi pasien dengan gagal jantung yang stabil dan tidak menunjukkan tanda-tanda penumpukan cairan atau kongesti, pembatasan cairan mungkin tidak perlu. Justru, menjaga hidrasi yang baik sangat penting untuk kesehatan secara umum. Selain itu, dehidrasi dapat meningkatkan risiko timbulnya gangguan fungsi ginjal.

Gagal jantung stabil biasanya ditandai oleh:
1. Gejala yang terkontrol: biasanya tidak merasakan sesak napas, kelelahan, atau edema (pembengkakan) kaki yang signifikan.
2. Aktivitas normal: biasanya dapat melanjutkan kebanyakan atau semua aktivitas normal mereka, termasuk olahraga ringan atau sedang.
3. Berat badan stabil: biasanya tidak mengalami peningkatan berat badan mendadak, yang bisa menunjukkan penumpukan cairan.

Sebaliknya, gagal jantung yang tidak stabil atau memburuk biasanya ditandai oleh:
1. Gejala yang memburuk: gejala sesak napas memberat, terutama saat berbaring atau berolahraga; kelelahan atau kelemahan yang meningkat; peningkatan edema di kaki, pergelangan kaki, atau perut; dan penurunan toleransi terhadap aktivitas fisik.
2. Perubahan berat badan: Kenaikan berat badan yang mendadak atau signifikan bisa menjadi tanda bahwa tubuh menahan lebih banyak cairan.
3. Gejala baru: Ini bisa mencakup batuk kering atau mengi, pusing atau kebingungan, peningkatan denyut jantung, atau nyeri dada.

Untuk kasus gagal jantung yang tidak stabil atau memberat seperti ini, penting untuk membatasi asupan cairan dan bahkan mengkonsumsi obat-obatan untuk memperbanyak kencing / mengurangi cairan tubuh, obatnya kita sebut dengan diuretik.

Bagaimana cara mempertahankan Gagal Jantung agar tetap stabil sehingga tidak membutuhkan restriksi cairan?

Untuk mempertahankan kondisi gagal jantung tetap stabil, dibutuhkan pengobatan yang tepat dan disesuaikan dengan kondisi setiap pasien. Pengobatan dapat mencakup berbagai jenis obat-obatan, seperti ACE inhibitors, beta blockers, antiplatelet, statin dan diuretik, yang bekerja untuk menurunkan tahanan pembuluh darah, mengencerkan darah, mempertahankan stabilitas pembuluh darah, menurunkan kadar lemak dalam darah, mengurangi beban kerja jantung, dan menghilangkan kelebihan cairan dalam tubuh. Semua obat yang diresepkan dokter memiliki maksud dan tujuan yang berbeda, namun hasilnya adalah kondisi gagal jantung diharapkan tetap terkendali dan tidak semakin buruk.

Selain pengobatan aspek lain dalam pengobatan gagal jantung juga diperlukan. Perubahan gaya hidup ini seperti menjaga pola makan sehat, berolahraga secara teratur, berhenti merokok, dan mengurangi konsumsi alkohol juga sangat penting untuk dilakukan. Selain itu, mengontrol faktor risiko gagal jantung juga sangat penting. Faktor risiko ini bisa meliputi tekanan darah tinggi, kolesterol tinggi, diabetes, obesitas, dan penyakit jantung koroner. Mengontrol faktor-faktor ini bisa membantu mengurangi risiko komplikasi dan perburukan kondisi.

Hati-hati, jangan fokus ke salah satu obat untuk mengontrol gagal jantung!

Seringkali dalam penanganan gagal jantung, pasien atau keluarganya hanya berfokus pada penggunaan diuretik, seperti furosemid, untuk mengurangi gejala kongesti atau penumpukan cairan. Memang, diuretik memainkan peran penting dalam manajemen gagal jantung dengan mengeluarkan kelebihan cairan dari tubuh dan meringankan gejala seperti sesak napas dan pembengkakan. Namun, penggunaan obat ini seharusnya bukan satu-satunya fokus dalam pengobatan.

Diuretik adalah bagian dari pengobatan, tetapi diuretik bukanlah obat utama dalam manajemen gagal jantung. Diuretik tidak mengatasi penyebab mendasar gagal jantung atau mencegah progresi kondisi tersebut. Pengobatan gagal jantung seharusnya melibatkan pendekatan holistik dan komprehensif yang meliputi berbagai obat-obatan lainnya yang bekerja untuk menstabilkan jantung, memperbaiki fungsi jantung, dan mengendalikan kondisi yang berkontribusi terhadap gagal jantung, seperti hipertensi atau diabetes.

Selain itu, mengandalkan terlalu banyak pada diuretik dapat membawa risiko sendiri. Penggunaan diuretik yang berlebihan dapat menyebabkan dehidrasi dan ketidakseimbangan elektrolit, yang dapat berdampak negatif pada kesehatan.

Kasus apa yang seringkali membutuhkan restriksi cairan dan penggunaan diuretik rutin?

Ada beberapa kasus gagal jantung di mana restriksi cairan dan penggunaan diuretik secara rutin sering kali menjadi bagian penting dari manajemen penyakit. Berikut adalah beberapa situasi di mana ini mungkin diperlukan:
  1. Gagal Jantung Stadium Lanjut: Dalam kasus gagal jantung yang sudah mencapai stadium lanjut, restriksi cairan dan penggunaan diuretik rutin biasanya diperlukan. Ini disebabkan oleh penurunan kemampuan jantung untuk memompa darah secara efektif, yang dapat menyebabkan penumpukan cairan di paru-paru, kaki, dan bagian tubuh lainnya. Diuretik membantu mengurangi gejala kongesti dengan mengeluarkan kelebihan cairan dari tubuh, sedangkan restriksi cairan membantu mencegah penumpukan cairan lebih lanjut.
  2. Gagal Jantung dengan Gangguan Fungsi Ginjal: Ginjal memainkan peran penting dalam mengatur keseimbangan cairan dan elektrolit dalam tubuh. Dalam gagal jantung, terutama jika disertai dengan gangguan fungsi ginjal, keberadaan kedua kondisi ini bisa memperparah satu sama lain, sehingga sering kali memerlukan pengaturan cairan dan penggunaan diuretik yang hati-hati.
  3. Gagal Jantung dengan Resistensi Diuretik: Beberapa pasien dengan gagal jantung mungkin mengembangkan apa yang dikenal sebagai resistensi diuretik, di mana mereka tidak merespons diuretik seefektif sebelumnya. Ini bisa menjadi tantangan dalam manajemen gagal jantung, dan mungkin memerlukan penyesuaian dalam terapi diuretik dan restriksi cairan.

Sebagai penutup, penting untuk diingat bahwa setiap pasien dengan gagal jantung memiliki kebutuhan unik, dan pendekatan terhadap manajemen cairan dan pengobatan harus disesuaikan dengan kondisi spesifik mereka. Tim perawatan kesehatan Anda adalah sumber daya terbaik untuk menentukan pendekatan yang paling tepat untuk kondisi Anda. Jika Anda memiliki pertanyaan atau kekhawatiran, jangan ragu untuk membicarakannya dengan mereka.

Dalam menangani penyakit jantung, tentu butuh empati dan pemahaman yang mendalam. Oleh karena itu, jika Anda atau anggota keluarga Anda memiliki gejala atau menderita penyakit jantung, jangan ragu untuk mencari bantuan medis. Saya sendiri praktek di RS Karisma Cimareme (melayani BPJS) atau Klinik Kiera (praktek pribadi). Untuk pertanyaan / pendaftaran, Anda dapat menghubungi nomor 0812-2200-2500.

Penulis:
Dr. Erta Priadi Wirawijaya

​
One of the myths circulating in society is that people with heart disease should reduce their fluid intake. However, in reality, this is not entirely true. As a heart disease patient, it is important for you to understand that fluid restriction is not always necessary. Monitoring and managing your fluid intake, though important, does not always mean it should always be reduced.

The spectrum of heart diseases is broad, and not all of them require fluid restriction.

Heart disease encompasses a wide range of conditions, from relatively mild to very serious. Some examples of heart diseases include coronary artery disease, arrhythmia (heart rhythm disorders), congenital heart disease, heart failure, and many more. These heart diseases vary in symptoms, effects on the body, and treatment strategies.

Fluid restriction is usually recommended for patients with heart failure. Heart failure is a condition in which the heart is unable to pump enough blood to meet the body's needs. This can occur because the heart has weakened, leading to a reduced performance. Although fluid restriction is often recommended for heart failure patients who show symptoms of fluid accumulation, it does not mean that all heart failure cases require strict fluid restriction.

What kind of heart failure cases require fluid restriction?

Heart failure itself is a spectrum of diseases with a wide range of severity and symptoms. Therefore, the approach to fluid management should be tailored to the needs of each individual.

For example, for stable heart failure patients who do not show signs of fluid accumulation or congestion, fluid restriction may not be necessary. In fact, maintaining good hydration is essential for overall health. Additionally, dehydration can increase the risk of kidney function disorders.

Stable heart failure is usually characterized by:
1. Controlled symptoms: Typically, there is no shortness of breath, fatigue, or significant swelling (edema) in the legs.
2. Normal activity: Usually, patients can continue with most or all of their normal activities, including light or moderate exercise.
3. Stable weight: There is usually no sudden weight gain, which could indicate fluid retention.

On the other hand, unstable or worsening heart failure is typically characterized by:

1. Worsening symptoms: Increased shortness of breath, especially when lying down or exercising; increased fatigue or weakness; increased swelling in the legs, ankles, or abdomen; and decreased tolerance for physical activity.
2. Weight changes: Sudden or significant weight gain can be a sign that the body is retaining more fluid.
3. New symptoms: These may include dry cough or wheezing, dizziness or confusion, increased heart rate, or chest pain.

For unstable or worsening heart failure cases like these, it is important to restrict fluid intake and even take medications to increase urination/reduce fluid in the body. These medications are called diuretics.

How can heart failure be maintained to stay stable without requiring fluid restriction?

To maintain stable heart failure, appropriate and individualized treatment is needed for each patient's condition. Treatment may include various types of medications such as ACE inhibitors, beta blockers, antiplatelets, statins, and diuretics. These medications work to reduce blood vessel resistance, thin the blood, maintain vascular stability, lower blood lipid levels, reduce the workload of the heart, and eliminate excess fluid in the body. All prescribed medications have different purposes and goals, but the result is expected to keep the heart failure condition under control and prevent it from worsening.

In addition to medication, other aspects of heart failure treatment are also necessary. These lifestyle changes include maintaining a healthy diet, exercising regularly, quitting smoking, and reducing alcohol consumption. Furthermore, controlling risk factors for heart failure is crucial. These risk factors may include high blood pressure, high cholesterol, diabetes, obesity, and coronary heart disease. Controlling these factors can help reduce the risk of complications and worsening of the condition.

Be cautious not to focus on a single medication to control heart failure!

Often in the management of heart failure, patients or their families only focus on the use of diuretics, such as furosemide, to reduce congestion or fluid buildup symptoms. Indeed, diuretics play an important role in managing heart failure by removing excess fluid from the body and alleviating symptoms such as shortness of breath and swelling. However, the use of these medications should not be the sole focus of treatment.

Diuretics are part of the treatment, but they are not the mainstay of heart failure management. Diuretics do not address the underlying causes of heart failure or prevent the progression of the condition. Heart failure treatment should involve a holistic and comprehensive approach that includes various other medications that work to stabilize the heart, improve heart function, and control conditions contributing to heart failure, such as hypertension or diabetes.

Additionally, relying too much on diuretics can carry its own risks. Excessive use of diuretics can lead to dehydration and electrolyte imbalances, which can have negative impacts on health.

In which cases is fluid restriction and routine use of diuretics often necessary?

There are several cases of heart failure where fluid restriction and routine use of diuretics often become important parts of disease management. Here are some situations where they may be necessary:

1. Advanced Stage Heart Failure: In cases of heart failure that have already reached an advanced stage, fluid restriction and routine use of diuretics are usually necessary. This is due to the decreased ability of the heart to pump blood effectively, which can lead to fluid accumulation in the lungs, legs, and other parts of the body. Diuretics help reduce congestion symptoms by removing excess fluid from the body, while fluid restriction helps prevent further fluid buildup.

2. Heart Failure with Kidney Dysfunction: The kidneys play a vital role in regulating fluid and electrolyte balance in the body. In heart failure, especially when accompanied by kidney dysfunction, the presence of both conditions can exacerbate each other, often requiring careful fluid management and use of diuretics.

3. Heart Failure with Diuretic Resistance: Some heart failure patients may develop what is known as diuretic resistance, where they do not respond as effectively to diuretics as before. This can be a challenge in heart failure management and may require adjustments in diuretic therapy and fluid restriction.

In conclusion, it is important to remember that every heart failure patient has unique needs, and the approach to fluid management and treatment should be tailored to their specific condition. Your healthcare team is the best resource to determine the most appropriate approach for your condition. If you have any questions or concerns, feel free to discuss them with your healthcare provider.

When dealing with heart disease, empathy and a deep understanding are necessary. Therefore, if you or a family member experiences symptoms or suffers from heart disease, do not hesitate to seek medical assistance. I practice at RS Karisma Cimareme (serving BPJS) or Klinik Kiera (private practice). For inquiries/registration, you can contact 0812-2200-2500.

Author:
Dr. Erta Priadi Wirawijaya
Comments

    Penulis

    Artikel di website ini dituliskan tim marketing dan juga oleh para dokter di Klinik Kiera diwaktu luangnya, Semoga bermanfaat untuk masyarakat yang membutuhkan

    Picture

    Archives

    January 2025
    June 2024
    May 2024
    April 2024
    March 2024
    February 2024
    January 2024
    December 2023
    November 2023
    October 2023
    September 2023
    July 2023
    June 2023
    May 2023
    March 2023
    February 2023
    January 2023
    August 2022

Lokasi Kami

Picture
Silahkan klik gambar peta untuk melihat posisi kami di Google Map

Hubungi Kami

Picture
Silahkan unduh kartu nama kami, scan untuk secara otomatis menyimpan nomor kami, atau klik untuk melihat tautan kami di LinkTree
  • Tentang Kami
    • Sejarah Pendirian
    • Visi, Misi & Nilai
    • Struktur Organisasi
    • Kerjasama
  • Our Team
    • Dr. Erta Priadi Wirawijaya SpJP, FIHA
    • Dr. Kika Sri Utami Suwarto SpA, M.Kes.
    • Dr. Muhamad Radyn Haryadi Widjaya Sp.D.V
    • Dr. Marlond Rainol Leleulya, Sp.P
    • Dr. Maria Oswari SpS
    • Siti Sarah. M.Psi
    • Dr. Romi Tamsil
    • Dr. Ayu Ameliya
    • Dr. Christine Natalia Tjong
    • Dr. Nida Ankhofiyya
  • Pelayanan
    • Kiera Angsamerah
    • Klinik Khitan/Sunat >
      • Informasi Khitan
      • Informasi Khitan
    • Klinik Anak >
      • Vaksinasi Anak
    • Klinik Gizi >
      • Konsultasi Pengelolaan Berat Badan
    • Klinik Jantung dan Pembuluh Darah >
      • ABPM
      • Echocardiography
      • Elektrokardiografi (EKG)
      • Holter
      • Treadmill Stress Test
    • Klinik Kulit
    • Kiera Skin & Beauty >
      • PICO LASER
    • Klinik Paru
    • Klinik Psikologi
    • Klinik Saraf
    • Klinik Umum
    • Medical Check Up
    • Pelatihan RJP/BHD >
      • BHD untuk untuk Bayi (0 hingga 12 Bulan)
      • BHD untuk Anak-Anak (1 Tahun hingga Pubertas)
      • BHD untuk Dewasa
      • Penggunaan Defibrillator Eksternal Otomatis (AED)
      • AED untuk Anak-anak dan Bayi
      • Pemberian Bantuan Napas
      • Penanganan Sumbatan Jalan Napas (Choking)
      • BHD Pada Kondisi Khusus
    • Pelayanan Farmasi >
      • Informasi Obat
    • Pelayanan Mobile >
      • MCU Mobile
      • Vaksinasi Mobile
    • Pemeriksaan Laboratorium
    • Layanan Home Care
    • Vaksinasi >
      • BCG
      • Campak
      • Cervarix
      • Flubio HL
      • Fluarix Tetra
      • Gardasil
      • Havrix Junior
      • Menivax
      • PCV 13
      • Varicella
  • Pendaftaran
    • Konsultasi Dokter
  • Home Care
  • Informasi Kesehatan
    • Artikel Kesehatan
    • Kajian Kesehatan Islam
    • Pesan Konten
  • BERITA
    • Event Klinik Kiera
    • Informasi Lowongan Pekerjaan