Dalam dekade terakhir, jumlah pelancong internasional meningkat secara signifikan. Menurut sebuah penelitian yang diterbitkan dalam Journal of Travel Medicine, diperkirakan jumlah pelancong internasional akan mencapai 1.8 miliar pada tahun 2030. Perjalanan jarak jauh, baik untuk bisnis maupun rekreasi, dapat membawa pengalaman yang berharga. Namun, di balik itu, terdapat risiko kesehatan yang mungkin dihadapi. Durasi perjalanan yang lama, dan ketidaknyamanan selama perjalanan dapat memberi dampak yang tidak ringan pada tubuh. Memahami risiko sakit yang mungkin terjadi selama dan sesudah perjalanan jauh ini penting untuk melakukan persiapan yang tepat, sehingga Anda dan keluarga dapat menikmati perjalanan dengan aman dan nyaman.
Menurut penelitian meta analisis (penelitian yang merangkum berbagai penelitian sebelumnya) yang dilakukan oleh Angelo dkk, pelancong yang melakukan perjalanan jauh, terutama ke negara berkembang, sebanyak 43% hingga 79% diantaranya berisiko mengelami sakit. Besarnya risiko ini menunjukkan pentingnya pendidikan kesehatan pra-perjalanan dan langkah pencegahan yang tepat. Artikel ini akan membahas risiko sakit seperti apa yang mungkin dialami oleh pelancong yang melakukan perjalanan jauh dan hal apa yang bisa dilakukan untuk mencegahnya. Ini sangat penting karena sakit saat berwisata atau sesudahnya tentunya hanya akan merugikan diri kita sendiri. Risiko Sakit saat Perjalanan Jauh Beberapa kondisi medis bisa terpicu atau diperburuk oleh durasi perjalanan yang panjang dan kondisi yang kurang ideal selama perjalanan. Berikut adalah beberapa risiko sakit yang mungkin terjadi saat melakukan perjalanan jauh: 1. Jet Lag. Jet lag adalah salah satu masalah kesehatan yang paling umum terjadi saat melakukan perjalanan lintas zona waktu. Kondisi ini terjadi ketika jam biologis internal tubuh tidak sinkron dengan waktu setempat, menyebabkan gejala seperti insomnia, kelelahan, sulit berkonsentrasi, dan gangguan pencernaan. Untuk mengurangi dampak jet lag, cobalah menyesuaikan jadwal tidur beberapa hari sebelum berangkat dan terkena sinar matahari di destinasi untuk menyesuaikan ritme tubuh. 2. Deep Vein Thrombosis (DVT). Deep Vein Thrombosis (DVT) merupakan kondisi yang ditandai dengan pembentukan gumpalan darah di dalam pembuluh darah besar, seringkali pada kaki. Kondisi ini umum terjadi saat melakukan perjalanan jarak jauh dengan durasi yang lama karena kurangnya mobilitas yang dapat memperlambat aliran darah dan meningkatkan risiko pembekuan. Faktor risiko DVT termasuk usia (terutama di atas 60 tahun), sejarah medis keluarga terkait DVT atau gangguan pembekuan darah, penggunaan kontrasepsi hormonal atau terapi penggantian hormon, dan kondisi medis seperti kanker atau penyakit hati. Orang yang baru saja menjalani operasi, terutama operasi besar seperti penggantian pinggul atau lutut, juga lebih rentan. Untuk mencegah terjadinya DVT selama perjalanan jauh, sangat penting untuk mengambil langkah proaktif. Pertama, usahakan untuk bergerak atau berjalan-jalan setiap beberapa jam untuk memperbaiki sirkulasi darah. Kedua, penting untuk tetap terhidrasi dengan meminum cukup air, karena dehidrasi dapat memperburuk kekentalan darah dan meningkatkan risiko pembekuan. Selain itu, kenakan pakaian yang longgar dan nyaman serta pertimbangkan penggunaan stoking kompresi yang dirancang untuk mendukung aliran darah di kaki. Dengan mengenali faktor risiko dan mengimplementasikan tindakan pencegahan yang efektif, risiko DVT selama perjalanan jauh dapat diminimalisir. 3. Gangguan Pencernaan Gangguan pencernaan sering menjadi masalah saat berada di destinasi baru, terutama karena perubahan pola makan, waktu makan, dan jenis makanan. Selain risiko diare dan sembelit, wisatawan juga berpotensi menghadapi infeksi yang disebabkan oleh mikroorganisme berbahaya dalam makanan, termasuk infeksi rotavirus. Rotavirus merupakan penyebab utama diare berat pada anak-anak dan juga dapat mempengaruhi orang dewasa, terutama di negara-negara dengan standar sanitasi dan kebersihan yang rendah. Virus ini sangat menular dan dapat dengan mudah menyebar melalui makanan atau air yang terkontaminasi. Untuk mencegah gangguan pencernaan dan infeksi rotavirus saat berwisata, beberapa langkah pencegahan bisa diambil. Pertama, sangat penting untuk mengonsumsi makanan yang dimasak dengan baik dan menghindari makanan mentah atau setengah matang, khususnya daging dan seafood. Selalu minum air yang aman, seperti air botolan yang tersegel atau air yang telah mendidih. Menghindari es batu yang tidak diketahui kebersihannya juga disarankan karena seringkali dibuat dari air keran yang mungkin terkontaminasi. Selain itu, selalu cuci tangan dengan sabun dan air bersih sebelum makan dan setelah menggunakan toilet. Menggunakan hand sanitizer yang mengandung alkohol dapat menjadi alternatif ketika sabun dan air tidak tersedia. Dengan menerapkan kebiasaan makan yang aman dan menjaga kebersihan pribadi, risiko gangguan pencernaan dan infeksi saat berwisata dapat diminimalisir. 4. Stress & Kecemasan Perjalanan jauh memang sering kali membawa beban stres dan kecemasan, tidak hanya karena persiapan yang mungkin kompleks, tapi juga kekhawatiran tentang segala sesuatu yang mungkin tidak berjalan sesuai rencana. Stres dan kecemasan ini dapat lebih berat lagi dengan ketidakpastian mengenai lingkungan baru yang akan dihadapi. Untuk mengurangi ketegangan ini, sangat penting untuk melakukan riset dan persiapan menyeluruh tentang destinasi yang akan dikunjungi. Memahami keadaan setempat, seperti cuaca, kondisi sosial, dan potensi kejahatan, dapat membantu mengatur ekspektasi dan persiapan yang sesuai. Selain itu, memastikan semua dokumen penting seperti paspor dan visa telah siap dan aman juga vital. Untuk mengantisipasi kehilangan dokumen penting atau kejadian tak terduga lainnya, simpan salinan digital dari dokumen tersebut di cloud atau email pribadi yang dapat diakses dari mana saja. Selanjutnya, perencanaan perjalanan yang melibatkan teman, keluarga, atau sahabat bisa sangat membantu dalam mengurangi rasa cemas dan stres. Adanya dukungan emosional dari orang-orang terdekat dapat membuat pengalaman perjalanan menjadi lebih menyenangkan dan aman. Selain itu, praktikkan pula beberapa teknik relaksasi yang bisa dilakukan selama perjalanan seperti meditasi, mendengarkan musik yang menenangkan, atau membaca buku kesukaan. Jangan lupa untuk mengatur waktu istirahat yang cukup untuk memulihkan energi dan menghindari kelelahan yang bisa menambah stres. Dengan persiapan yang matang dan beberapa langkah antisipatif, pengalaman perjalanan jauh dapat berubah menjadi sumber kenangan indah alih-alih sumber kecemasan. 5. Infeksi akibat Nyamuk Infeksi yang ditularkan oleh nyamuk merupakan salah satu risiko kesehatan serius di banyak destinasi wisata, terutama di wilayah tropis dan subtropis. Nyamuk merupakan vektor bagi berbagai penyakit berbahaya seperti demam berdarah, malaria, virus Zika, chikungunya, dan virus West Nile. Keberadaan dan aktivitas nyamuk sering meningkat selama musim hujan, namun risiko infeksi tetap ada sepanjang tahun di banyak tempat. Salah satu penyakit serius lainnya yang perlu diperhatikan adalah demam kuning (yellow fever), yang sangat endemik di beberapa bagian Afrika dan Amerika Selatan. Ketika nyamuk menggigit, mereka dapat mentransfer patogen penyakit dari orang atau hewan yang terinfeksi ke orang lain, menyebabkan penyebaran penyakit yang cepat dan terkadang wabah besar. Untuk mencegah infeksi yang ditularkan oleh nyamuk, CDC dan WHO menyarankan penggunaan repelen nyamuk yang efektif, yang mengandung DEET, picaridin, atau IR3535. Mengenakan pakaian yang menutupi kulit seperti kaus lengan panjang, celana panjang, dan kaus kaki dapat juga memberikan lapisan perlindungan tambahan. Selain itu, menginap di tempat yang memiliki fasilitas pencegahan nyamuk seperti jaring nyamuk, kawat nyamuk pada jendela dan pintu, dan penggunaan AC atau kipas angin dapat membantu mengurangi risiko gigitan. Di daerah endemik, terutama bagi wisatawan yang berisiko tinggi seperti wanita hamil atau individu dengan sistem kekebalan yang lemah, mungkin dianjurkan untuk mengambil langkah-langkah preventif tambahan, termasuk penggunaan obat profilaksis untuk malaria atau vaksinasi terhadap beberapa penyakit tertentu yang ditularkan oleh nyamuk sebelum melakukan perjalanan. Di daerah yang berisiko tinggi untuk demam kuning, vaksinasi adalah tindakan pencegahan yang sangat dianjurkan dan sering kali wajib sebagai syarat masuk. 6. Reaksi Alergi Perjalanan jarak jauh juga menimbulkan risiko terjadinya reaksi alergi, ini bisa berbahaya terutama bagi individu yang memiliki riwayat alergi berat, seperti alergi makanan, alergi serangga, atau alergi obat. Perubahan lingkungan, paparan terhadap alergen baru, dan konsumsi makanan yang tidak familiar dapat meningkatkan potensi terjadinya reaksi alergi yang tak terduga dan mungkin berbahaya. Reaksi alergi ini bisa berkisar dari yang ringan, seperti ruam atau gatal, hingga reaksi yang parah dan mengancam jiwa, seperti anafilaksis, yang memerlukan tindakan medis segera. Oleh karena itu, sangat penting bagi wisatawan dengan riwayat alergi berat untuk mempersiapkan diri dengan baik sebelum melakukan perjalanan. Langkah-langkah persiapan ini termasuk membawa obat-obatan antialergi, seperti antihistamin atau epinefrin auto-injectors (epi-pen), dalam jumlah yang cukup untuk seluruh durasi perjalanan. Penting juga untuk selalu membawa gelang alergi atau kartu keterangan alergi yang disimpan di dompet. Informasi ini harus dengan jelas mencantumkan alergi yang dimiliki, sehingga dalam keadaan darurat, petugas medis atau individu lain dapat dengan cepat mengidentifikasi kondisi tersebut dan memberikan bantuan yang tepat. 7. Infeksi Saluran Nafas Perjalanan jarak jauh, khususnya melalui transportasi umum seperti pesawat, kereta, atau bus, sering kali melibatkan waktu yang lama di dalam ruang tertutup. Kondisi ini membuat penumpang lebih rentan terhadap infeksi saluran pernapasan karena sirkulasi udara yang terbatas serta kedekatan dengan orang lain yang mungkin membawa patogen. Infeksi saluran pernapasan yang paling umum termasuk influenza (flu), pilek (common cold), dan infeksi yang lebih serius seperti bronkitis atau pneumonia. Virus flu dan pilek dapat menyebar melalui tetesan udara ketika seseorang yang terinfeksi batuk atau bersin, atau melalui kontak fisik dengan permukaan yang terkontaminasi lalu menyentuh wajah, khususnya mata, hidung, atau mulut. Untuk mengurangi risiko terkena infeksi saluran pernapasan selama perjalanan, Centers for Disease Control and Prevention (CDC) serta World Health Organization (WHO) merekomendasikan beberapa langkah pencegahan. Pertama, praktikkan kebersihan tangan yang baik; cuci tangan Anda secara teratur dengan sabun dan air setidaknya selama 20 detik, terutama setelah bersentuhan dengan permukaan yang sering disentuh oleh banyak orang, seperti pegangan tangan atau tray table. Jika sabun dan air tidak tersedia, gunakan hand sanitizer yang mengandung setidaknya 60% alkohol. Kedua, kenakan masker wajah selama berada di dalam ruangan tertutup atau ketika berinteraksi dekat dengan orang lain. Masker dapat membantu menahan tetesan yang mungkin mengandung virus jika Anda sakit, atau melindungi Anda dari menghirup tetesan tersebut. Ketiga, hindari menyentuh mata, hidung, dan mulut dengan tangan yang tidak dicuci. Akhirnya, jika mungkin, usahakan untuk menjaga jarak dengan orang lain yang tampak sakit atau menunjukkan gejala infeksi pernapasan, dan selalu tutup batuk atau bersin dengan tisu atau siku bagian dalam, bukan tangan Anda. 8. Infeksi Meningococcal Infeksi meningococcal adalah infeksi bakteri serius yang disebabkan oleh bakteri Neisseria meningitis. Infeksi ini bisa menyebabkan penyakit serius seperti meningitis (radang selaput otak dan sumsum tulang belakang) dan sepsis meningococcal, yang keduanya dapat mengancam jiwa jika tidak segera ditangani. Bakteri ini dapat menyebar melalui kontak langsung dengan cairan pernapasan atau air liur orang yang terinfeksi, sering kali melalui batuk, bersin, ciuman, atau berbagi barang pribadi seperti gelas atau peralatan makan. Neisseria meningitidis secara khusus berbahaya karena dapat berkembang dengan cepat dari gejala awal yang mirip flu menjadi kondisi kritis dalam beberapa jam. Pencegahan melalui vaksinasi adalah cara terbaik untuk melindungi diri dari infeksi meningococcal. Ada beberapa vaksin meningococcal yang tersedia yang melindungi terhadap beberapa strain umum dari Neisseria meningitidis. Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) dan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) merekomendasikan vaksinasi bagi semua remaja, dengan booster yang diikuti beberapa tahun kemudian, serta bagi orang dewasa yang berisiko tinggi terinfeksi, termasuk pelancong yang akan menuju ke wilayah di mana penyakit ini lebih umum, seperti bagian tertentu dari Afrika sub-Sahara dan Arab Saudi selama musim haji. 9. Eksersebasi Penyakit Kronis Perjalanan jauh sering kali menantang bagi individu dengan kondisi kesehatan kronis, karena perubahan lingkungan, rutinitas, dan akses terhadap perawatan medis dapat mempengaruhi manajemen kondisi mereka. Penyakit kronis seperti diabetes, penyakit jantung, asma, dan penyakit ginjal dapat mengalami eksaserbasi, atau peningkatan keparahan gejala, selama perjalanan. Faktor-faktor seperti perubahan pola makan, kesulitan dalam mempertahankan jadwal pengobatan, stres perjalanan, dan aktivitas fisik yang tidak biasa dapat menyebabkan ketidakstabilan dalam kondisi kesehatan yang sebelumnya terkontrol dengan baik. Misalnya, bagi penderita diabetes, perbedaan zona waktu bisa membingungkan jadwal pengambilan insulin dan makan, yang bisa mengakibatkan fluktuasi yang berbahaya pada kadar gula darah. Untuk menghindari eksaserbasi penyakit kronis selama perjalanan, penting bagi para wisatawan untuk merencanakan dengan hati-hati sebelum berangkat. Ini termasuk berkonsultasi dengan dokter untuk mendiskusikan rencana pengobatan yang mungkin perlu disesuaikan untuk durasi perjalanan. Membawa persediaan obat yang cukup untuk seluruh durasi perjalanan, serta dokumen medis yang relevan yang menjelaskan kondisi dan kebutuhan mereka, adalah langkah penting. Selain itu, wisatawan dengan kondisi kronis harus memastikan bahwa mereka memiliki informasi tentang di mana dan bagaimana mendapatkan perawatan medis di destinasi mereka jika diperlukan. Apa yang bisa dilakukan Klinik Kiera untuk Mempersiapkan Perjalanan Anda? Di Klinik Kiera, kami memahami pentingnya kesiapan dan kesehatan selama perjalanan, terutama jika Anda merencanakan perjalanan jauh. Untuk membantu Anda mempersiapkan diri dengan baik dan memastikan perjalanan Anda berlangsung lancar dan aman, kami menawarkan serangkaian layanan kesehatan yang komprehensif: 1) Konsultasi Medis Pra-Perjalanan: Sebelum Anda memulai perjalanan, sangat penting untuk memastikan bahwa Anda berada dalam kondisi kesehatan yang optimal. Konsultasi medis di Klinik Kiera akan membantu memeriksa kondisi kesehatan Anda secara menyeluruh dan memastikan bahwa segala kondisi medis yang Anda derita berada dalam keadaan terkontrol. Konsultasi ini juga menjadi kesempatan untuk membahas rencana pengelolaan kesehatan selama perjalanan, termasuk pengaturan pengobatan dan strategi untuk menghadapi masalah kesehatan mendadak. 2) Penerbitan Surat Keterangan Sehat atau Surat Keterangan Sakit: Klinik Kiera juga menyediakan layanan penerbitan surat keterangan sehat atau sakit dalam bahasa Inggris / bahasa lainnya sesuai permintaan, yang bisa menjelaskan secara rinci kondisi kesehatan Anda, termasuk obat yang sedang Anda konsumsi. Surat keterangan ini akan sangat berguna, terutama jika Anda perlu membawa obat-obatan saat melewati imigrasi antar negara, sehingga dapat membantu memperlancar proses pengecekan dan verifikasi di imigrasi. Surat ini juga akan sangat berguna jika misalnya anda memerlukan perawatan medis di negara tujuan. 3) Vaksinasi: Kami menyediakan layanan vaksinasi untuk berbagai penyakit, sesuai dengan kebutuhan Anda dan rekomendasi organisasi kesehatan global. Beberapa vaksin yang sering disarankan untuk perjalanan internasional antara lain adalah vaksin influenza, rotavirus, dan meningococcal. Selain itu, Klinik Kiera juga bisa mengeluarkan Surat Vaksinasi sesuai dengan standar International Certificate of Vaccination or Prophylaxis (ICVP) yang mungkin diperlukan untuk memasuki beberapa negara. Surat ini membuktikan bahwa Anda telah menerima vaksinasi yang dibutuhkan dan memenuhi persyaratan kesehatan negara tujuan. Dengan persiapan yang tepat dan dukungan penuh dari Klinik Kiera, Anda dapat bepergian dengan lebih tenang, mengetahui bahwa kesehatan Anda telah terjamin. Kami di Klinik Kiera berkomitmen untuk mendukung perjalanan Anda dengan layanan kesehatan yang tidak hanya memenuhi standar tertinggi, tapi juga disesuaikan dengan kebutuhan pribadi Anda. |
PenulisArtikel di website ini dituliskan tim marketing dan juga oleh para dokter di Klinik Kiera diwaktu luangnya, Semoga bermanfaat untuk masyarakat yang membutuhkan Archives
June 2024
|